Upah dan Cukai Naik, Laba GGRM Turun



JAKARTA. Kinerja PT Gudang Garam Tbk menurun. Sepanjang tiga bulan pertama tahun 2013, emiten bersandi saham GGRM ini mencetak penurunan laba komprehensif yang diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar 13,3% menjadi Rp 1,047 triliun. Padahal, saat yang sama, pendapatan GGRM naik 10,13% menjadi Rp 12,63 triliun, dari sebelumnya Rp 11,47 triliun.

Penjualan produsen rokok filter papan atas tersebut terdongkrak lantaran meningkatnya penjualan di dalam negeri senilai Rp 12,15 triliun dari Rp 10,83 triliun di kuartal I 2012. Sebaliknya, penjualan ekspor malah merosot 11% menjadi Rp 480 miliar.

Penjualan produk sigaret kretek mesin berkontribusi hingga Rp 10,86 triliun, atau setara 86%, dari total pendapatan GGRM. Sisanya berasal dari pemasaran produk sigaret kretek tangan, rokok klobot, dan penjualan kertas karton.


Secara beriringan, biaya pokok penjualan GGRM pun meningkat. Biaya pokok penjualannya naik 12,3% menjadi Rp 10,19 triliun. Biaya pokok itu meliputi pengeluaran untuk bahan baku dan kenaikan cukai. Patut dicermati juga beban utang GGRM juga masih tinggi, yakni mencapai Rp 6,4 triliun.

Rugi kurs juga masih menjadi ganjalan bagi kinerja keuangan GGRM. Di kuartal pertama tahun ini, rugi kursnya menggelembung dari Rp 1,69 miliar menjadi Rp 3,2 miliar. Akibatnya, laba usaha GGRM pun terpangkas 6,3% ke posisi Rp 1,5 triliun.

Sebenarnya, tekanan kinerja keuangan GGRM sudah terlihat sejak setahun silam. Tahun lalu, kinerja GGRM tertekan oleh harga bahan baku yang melejit. Salah satunya adalah  harga cengkih yang meroket setelah gagal panen di tahun 2011.

Manajemen GGRM pernah mengatakan, pihaknya terlambat menjajaki pangsa pasar dari produk sigaret kretek mesin low tar low nicotine (SKM LTLN). Padahal, saat ini konsumsi SKM LTLN tumbuh cukup pesat. Makanya, pada  tahun ini GGRM bakal melakukan ekspansi untuk menambah produk-produk baru di kelas SKM LTLN.

Reza Nugraha, analis MNC Securities mengatakan, kenaikan tarif cukai di awal tahun ini memang menaikkan beban emiten rokok termasuk GGRM. Asal tahu saja, sejak awal tahun ini, pemerintah menaikkan tarif cukai rokok rata-rata sebesar 8,5%.

Beban GGRM semakin bertambah, akibat kenaikan upah minimum. Padahal, GGRM memiliki jumlah tenaga kerja yang cukup benyak, sehingga menyebabkan beban administrasi pun terkerek. "Faktor cukai dan tenaga kerja ini yang harus diwaspadai," pesan Reza. Dia memprediksi tekanan ini masih akan berlanjut pada laba GGRM hingga akhir tahun 2013.

Riset Bahana Securities menyebutkan, kinerja GGRM kuartal I 2013 sudah sesuai ekspektasi. Tapi, Bahana merekomendasikan hold untuk saham GGRM dengan target harga Rp 55.000 per saham.

Kamis (2/5), harga saham GGRM naik 2% ke Rp 51.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yuwono Triatmodjo