KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebuah kelompok yang terdiri dari sejumlah tokoh hukum terkemuka menuduh FIFA mengabaikan laporan mereka mengenai pelanggaran hak asasi manusia yang terkait dengan penawaran Arab Saudi untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034. Kelompok ini memperingatkan bahwa badan sepak bola dunia tersebut "bermain dengan api" dalam rencananya membawa turnamen ke negara Timur Tengah tersebut. Meski keputusan resmi akan dibuat pada bulan Desember, tampaknya penawaran Arab Saudi sudah hampir pasti akan diterima mengingat tidak adanya pesaing lain.
Laporan Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Arab Saudi
Para ahli hukum – Prof Mark Pieth, Stefan Wehrenberg, dan Rodney Dixon KC – menyampaikan laporan kepada FIFA pada Mei 2024 yang menguraikan beberapa pelanggaran serius terhadap kebijakan hak asasi manusia yang dimiliki FIFA.Riwayat FIFA dan Ancaman dari Arab Saudi
Mark Pieth, yang pernah menjabat sebagai ketua Komite Tata Kelola Independen FIFA yang didirikan setelah terbongkarnya kasus korupsi terkait penawaran Piala Dunia oleh Rusia dan Qatar, menyoroti risiko besar bagi FIFA dalam keputusan ini. Pieth mengingatkan bahwa FIFA pernah melakukan reformasi besar yang membantu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, yang diakui oleh Presiden FIFA Gianni Infantino pada 2020. Namun, membawa Piala Dunia ke Arab Saudi, menurut Pieth, merupakan langkah berisiko tinggi. "Pemahaman saya adalah bahwa Arab Saudi sangat khawatir dengan kritik publik dan mereka berbahaya," ungkap Pieth. Ia memperingatkan bahwa publik sedang "bermain dengan api" dalam keputusan ini. Baca Juga: Legenda Total Football Asal Belanda Meninggal Dunia pada Usia 73 TahunKritik Terhadap Arab Saudi: Tindakan Hukum dan Tuntutan Perubahan
Para penulis laporan ini menyatakan bahwa mereka akan mendekati FIFA secara bertahap, namun mereka tidak menutup kemungkinan untuk mengambil tindakan hukum jika FIFA tidak merespons. Mereka merujuk pada Pasal 7 kebijakan hak asasi manusia FIFA yang menyatakan bahwa "FIFA akan secara konstruktif bekerja sama dengan otoritas terkait dan pemangku kepentingan lainnya serta berupaya semaksimal mungkin untuk menegakkan tanggung jawabnya terhadap hak asasi manusia di tingkat internasional." Rodney Dixon menekankan bahwa tuntutan ini bukanlah panggilan yang terisolasi. "Kami tidak sendirian dalam menyerukan evaluasi yang jujur dan tepat. FIFA memiliki wewenang dan kekuatan. Di masa lalu, FIFA telah mengambil langkah dramatis, seperti melarang negara-negara seperti Rusia dan Indonesia. Tindakan ini memiliki dampak besar dalam mengubah persepsi dunia. Kami berpendapat bahwa ini adalah momen penting lainnya," terangnya. Baca Juga: Data Terkini Klasemen Kualifikasi Piala Dunia (FIFA World Cup 26) Zona AsiaEmpat Tuntutan Utama Terhadap Arab Saudi
Laporan yang disampaikan kepada FIFA menekankan empat poin utama yang harus segera diatasi oleh Arab Saudi jika mereka ingin menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034:- Pembebasan Semua Tahanan Politik: Arab Saudi harus segera membebaskan semua tahanan politik dan mereka yang ditahan secara sewenang-wenang, serta memperlakukan semua tahanan sesuai dengan standar hak asasi manusia internasional.
- Reformasi Peradilan yang Independen: Sistem peradilan di Arab Saudi harus diubah agar diangkat oleh badan yang independen dan tidak terhubung dengan eksekutif. Hakim harus diberi kebebasan penuh untuk menjalankan tugas mereka tanpa pengaruh dari pihak luar.
- Perlindungan Hak Pekerja Migran: Hukum ketenagakerjaan di Arab Saudi harus diubah sehingga pekerja migran dapat meninggalkan pekerjaan atau negara tersebut tanpa harus meminta izin dari pemerintah.
- Peningkatan Hak-Hak Perempuan: Arab Saudi harus meningkatkan hak-hak perempuan, termasuk dengan mengkriminalisasi perkosaan dalam rumah tangga, memastikan perlindungan yang memadai dari kekerasan dalam rumah tangga, serta memungkinkan perempuan menjadi wali hukum bagi anak mereka jika itu adalah kepentingan terbaik anak tersebut.