KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyak cara menyelamatkan nyawa bisnis meskipun masih dirundung utang. Seperti yang dilakukan PT Bakrie & Brothers Tbk (
BNBR). Walau masih dalam proses restrukturisasi utang, BNBR tetap menyusun rencana pengembangan bisnis baru. Direktur Utama BNBR, Bobby Gafur Umar menyebut, perseroan akan masuk ke lini bisnis baru. Di antaranya bisnis otomotif dengan mengembangkan bisnis listrik dan bis. Di bisnis otomotif, Bobby bilang, BNBR menggandeng BYD Auto, produsen baterai asal Tiongkok. Nantinya, dalam mengembangkan bisnis ini BNBR akan membangun konsorsium dengan mitra asal negeri tirai bambu itu. Sang mitra bertugas mencari pendanaan dan memasok teknologi, sedangkan BNBR berperan mencari proyek dan operator transportasi.
"Kami akan masuk ke program sarana transportasi, jadi nanti bukan hanya menjual komponen dan membuat bis, tapi juga ada potensi keuntungan dari pengoperasian bis, seperti Transjakarta di Jakarta," ujar Bobby. Namun, Bobby menyebut, rencana ini masih bergantung pada kebijakan pemerintah kota dan daerah. Dia bilang, keputusan final baru akan terlihat setelah proses pemilihan kepala daerah (pilkada) berlangsung. Sebab, beberapa program pengadaaan bis listrik sebagai sarana transportasi publik itu masuk ke dalam agenda dan janji pemerintah daerah jika terpilih. Sementara ini, target BNBR dengan sang mitra adalah membuat produk contoh bis listrik. "Bulan Oktober nanti targetnya sudah bisa kita display," kata Bobby. Bobby menambahkan, saat ini BNBR tengah merampungkan proses perizinan untuk membuka pabrik dengan BYD Auto. Sambil menunggu persiapan pembukaan pabrik dan memulai produksi, BYD Auto dan BNBR akan melakukan impor bis. Itu pun jika BNBR berhasil memenangkan kontrak dengan para pemimpin daerah. Ada berapa daerah yang sudah masuk dalam target, seperti Jakarta, Surabaya, Semarang dan Palembang. Sayangnya, BNBR enggan blak-blakan soal nilai investasi yang dibutuhkan untuk menggarap bisnis anyar ini. "Nilai investasinya belum bisa kami disclose tergantung project yang kami dapat," kata Bobby. Bobby bilang, jika berhasil setidaknya BNBR bisa mengantongi kontrak kerja sama dengan pemerintah daerah selama 10 tahun. "Sehingga dengan begitu bisnis kami tidak lagi bersifat
cyclical atau musiman saja, tapi ada
recurring income yang bisa masuk secara rutin dan memiliki banyak
added value," ujar Bobby. Selain menggarap bisnis sarana transportasi, BNBR juga tengah mengembangkan kawasan industri baru seluas 500 hingga 1.000 hektare (ha). Direktur BNBR Amri Aswono Putro mengklaim perseroan sudah berhasil membebaskan tanah seluas 500 ha. Tapi, BNBR masih merahasiakan lokasi kawasan ini.
Yang terang, BNBR kembali menggandeng mitra dari luar negeri untuk menggarap lini bisnis baru ini. Sang mitra bertugas menghimpun dana untuk kebutuhan pembangunan dengan nilai investasi yang juga dirahasiakan. Sama halnya dengan bisnis otomotif dan sarana transportasi, BNBR mengklaim bisnis kawasan ini diharapkan membawa pendapatan tetap dalam jangka panjang. "Saat ini baru tahap pembebasan lahan, begitu jadi kami akan punya
recurring income dari operator dan pemasok listriknya karena waktu konsesinya selama 35 tahun," jelas Amri. Di kawasan ini, rencananya BNBR juga ingin membangun kawasan khusus industri kimia bekerjasama dengan dua perusahaan asal Tiongkok. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini