KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan
e-commerce besutan Grup Djarum, PT Global Digital Niaga Tbk (
BELI) alias Blibli punya model bisnis atau ciri khas sendiri dibandingkan yang lain. Blibli berfokus pada strategi omnichannel commerce. Senior Vice President O2O Blibli David Michum bercerita perusahaan yang berdiri sejak 2011 ini memulai perjalanan bisnis Blibli dari segmen
business-to-consumer (B2C) dan terus berkembang hingga saat ini. Selama 11 tahun berdiri, emiten berkode saham BELI ini telah meluaskan cakupannya menjadi
business-to-business (B2B),
business-to-business-to-consumer (B2B2C) dan
business-to-government.
Selain itu, Blibli juga punya infrastruktur
online-to-offline (O2O) alias omnichannel yang mumpuni dengan memperkuat sistem rantai pasokan yang kuat melalui layanan Blibli Express Service (BES). "Kapabilitas pengelolaan rantai pasok dari hulu hingga hilir memudahkan Blibli untuk menjaga biaya operasional perusahaan jadi lebih efisien," kata David kepada Kontan.co.id, Kamis (1/12).
Baca Juga: Prospek Saham Emiten Teknologi Terbenam Kerugian Per 31 Maret 2022, Blibli telah memiliki 6.000 lebih Blibli InStore seller partner, 12.009 lebih
pick up point atau story Click & Collect, 9.900
pick up point Blibli InStore dan 64 toko
gadget offline Blibli Omnichannel Group (Blibli OMG). Pada 2017, Blibli mengakuisisi tiket.com untuk memperluas layanan hingga perjalanan, akomodasi, dan pengalaman gaya hidup. Tak cukup di situ, BELI turut mengakuisisi PT Supra Boga Lestari Tbk (
RANC) pada 2021. Asal tahu saja, RANC merupakan perusahaan pengelola sejumlah supermarket seperti Ranch Market dan Farmers Market. Adapun per 31 Maret 2022 toko Ranch Market dan Farmers Market mencapai 69 toko. David bilang pihaknya akan terus mengembangkan ekosistem dengan sinergi dengan tiket.com dan Ranch Market untuk menghadirkan platform gaya hidup dan omnichannel commerce. "Melalui strategi ini, Blibli memastikan
service excellence dengan menggandeng para mitra bisnis serta menyediakan opsi pembayaran yang beragam bagi konsumen dalam satu platform yang terintegrasi," imbuh dia. Untuk menjadi omnichannel retailer, lanjut David, BELI berusaha untuk membangun multiple touch points, standardisasi pengalaman belanja, mengintegrasikan keberadaan toko online dengan fisik, dan menciptakan pengalaman ritel yang lebih baik.
Baca Juga: Dorong Industri Pariwisata, Blibli Perkuat Ekosistem Omnichannel Travel & Hiburan Kejar Efisiensi
Chief Executive Officer Blibli Kusumo Martanto menyebut, BELI akan terus berusaha mencari rekanan kerjasama untuk suplai produk dan para pemegang merek. "Kami terus mengejar optimalisasi atau efisiensi dari awal. Secara kesinambungan Blibli, Tiket.com dan Ranch Market kita cukup solid untuk menghadapi ketidakpastian di dunia global," ungkap Kusumo. BELI punya empat segmen dalam pembagian TPV.
Pertama, 1P retail. Di sini Blibli menawarkan produk sendiri sehingga Blibli punya kontrol penuh atas harga dan margin.
Kedua, 3P retail. Pada segmen ini, Blibli menjalin kerja sama dengan
brand principal dan menjual ke pihak ketiga dalam menawarkan produk. Segmen
ketiga, ada institusi dan
keempat physical stores. Baca Juga: Petinggi Grup Djarum Borong 63,39 Juta Saham BELI di Atas Harga IPO Sepanjang semester pertama 2022, Blibli mampu mencatatkan
total processing value (TPV) sebesar Rp 24,13 triliun. Nilai itu meningkat sebesar 89,29% secara tahunan dari Rp 12,75 triliun di semester pertama 2021. Segmen 1P retail berkontribusi sebesar 19,1% dari TPV semester satu 2022. Lalu, segmen 3P retail menyumbang 58,9%, segmen institusi sebesar 13,9% dan
physical stores 8,1% Adapun sejak 2019 hingga paruh pertama tahun ini, Blibli telah melakukan efektivitas pemasaran. Rasio biaya pemasaran terhadap TPV turun dari 6% di 2019 menjadi 3,6% pada semester I-2022. Efisiensi juga dilakukan pada potongan harga atau diskon promosi. Pada 2019 rasio diskon Blibli terhadap TPV sebesar 7,1%, kemudian turun menjadi 2,3% di semester I-2022 Chief Financial Officer Blibli Hendry menjelaskan sejak awal bisnis model Blibli berfokus meningkatkan keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas. Hal ini seiringan dengan ekosistem omnichannel yang dibangun BELI. "Melihat signal dari semester satu 2022, kami sangat optimis dan ke depan, masih banyak efisiensi yang kami lakukan dengan omnichannel," pungkas dia.
Baca Juga: Diborong Ritel dan Institusi Kakap, IPO Blibli (BELI) Oversubscribed 4,4 Kali IPO
PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) baru melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 November 2022. Blibli mematok harga penawaran umum perdana saham alias
initial public offering (IPO) di harga Rp 450.
Dalam hajatannya BELI melepas sebanyak-banyaknya 17,77 miliar saham baru atau sebanyak 15% dari modal yang ditempatkan dan disetor. Alhasil, Blibli berhasil meraup dana segar sebesar Rp 7,99 triliun. Rencana penggunaan dana IPO Blibli mayoritas akan digunakan untuk pembayaran saldo utang fasilitas perbankan yang mencapai Rp 5,5 triliun. Sedangkan sisanya, bakal dipakai untuk modal kerja. Blibli mencatatkan tingkat kelebihan permintaan
(oversubscription) yang mencapai 4,4 kali lipat pada penjatahan terpusat
(pooling portion). Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah alokasi Penjatahan Terpusat dari 2,5% menjadi 5,0% dari jumlah penawaran. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati