Upaya Maksimalkan Panen Buah Naga



KONTAN.CO.ID - BANYUWANGI. Kabupaten Banyuwangi di Jawa Timur tidak hanya terkenal dengan keindahan alamnya. Daerah yang berada di ujung timur Jawa ini termasuk sentra buah naga di Indonesia.

Salah satu daerah yang menjadi sentra buah naga di Banyuwangi adalah Desa Temurejo, Kecamatan Bangorejo.

Menurut Nanang Prasetyo, petani buah naga di Temurejo, kiprahnya berkecimpung di perkebunan buah naga dimulai sejak 2019. Ketertarikannya karena melihat pesona dari buah yang berbentuk seperti kepala naga ini sudah membetot perhatian petani di sekitar Banyuwangi.


Dia pun langsung membentuk kelompok tani di Desa Temurejo bernama Tunas Sejahtera. Tujuannya, untuk mempelajari lebih lanjut pertanian dan upaya pengembangan buah dari genus Hylocereus dan Selenicereus tersebut lebih lanjut.

Baca Juga: Segar jusnya, bugar peluang bisnisnya

Tapi, Nanang mengungkapkan, menjadi petani buah naga tidaklah mudah. Berbagai kendala kerap ia dan para petani lainnya yang tergabung dalam Tunas Sejahtera temui.

Salah satunya, kesulitan untuk menembus pasar dan menjual buah naga dengan harga yang bagus. Padahal, dari sisi produktivitas, hasil panen sudah memadai.  Inilah yang membuat para petani buah naga sempat kecewa.

Malah, Nanang bercerita, dia dan petani buah naga lainnya di Tunas Sejahtera pernah membuang hasil panen ke sungai.

"Itu karena harganya anjlok," katanya kepada KONTAN.

Tapi, ia tidak patah arang. Nanang dan kelompok taninya bergabung dengan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) pada 2021. Mereka pun mendapat gemblengan pelatihan terkait budidaya buah naga. Mulai dari cara menanam dan menghasilkan buah naga yang baik hingga upaya untuk menembus pasar.

Hasilnya, secara perlahan, produktivitas buah naga terus meningkat. Bukan hanya secara kuantitas tapi juga kualitas. Selain itu, Nanang dan kelompok taninya juga berhasil mendapatkan akses pasar. 

Kini, buah naga Temurejo secara kualitas sudah memenuhi kebutuhan buah naga lokal. Malah, mulai tahun lalu, produk buah naga Temurejo sudah dipasarkan melalui Sayurbox. 

Sekali panen, para petani di Temurejo sekarang bisa menghasilkan delapan ton buah naga per hektare.

"Dalam satu kali panen, kami bisa mendapatkan omzet Rp 160 juta," sebut Nanang.

Meski begitu, kendala tetap saja masih terjadi. Lantaran setiap panen, masih ada buah naga yang rusak atau tidak memenuhi standar. Untuk itu, Nanang dan kelompok taninya tengah menjajaki untuk membuat produk olahan buah naga, sambil menunggu pendanaan dan pelatihan lebih lanjut.

"Kami butuh dana dan pelatihan," ungkap Nanang.

Soal dana dan pelatihan, Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim menyebutkan, pemerintah punya Program PNM Mekaar dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai sumber modal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon