KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan data kasus konfirmasi Mpox atau cacar monyet terbaru di Indonesia. Hingga Senin (20/8), terdapat 88 kasus konfirmasi Mpox. Adapun kasus paling banyak tercatat di DKI Jakarta sebanyak 59 kasus konfirmasi. Kemudian, diikuti Jawa Barat sebanyak 13 kasus konfirmasi, Banten 9 konfirmasi, Jawa Timur tiga konfirmasi, Daerah Istimewa Yogyakarta tiga konfirmasi, dan Kepulauan Riau satu kasus konfirmasi. Dari jumlah tersebut, sebanyak 87 kasus telah dinyatakan sembuh. Jika dilihat tren mingguan kasus konfirmasi Mpox di Indonesia dari tahun 2022 hingga 2024, periode dengan kasus terbanyak terjadi pada Oktober 2023.
Baca Juga: Waspada! Begini Cara Menyebarnya Penyakit Cacar Monyet Plh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Yudhi Pramono menjelaskan dari 88 kasus yang dikonfirmasi, sebanyak 54 kasus memenuhi kriteria untuk dilakukan
whole genome sequencing (WGS) untuk mengetahui varian virusnya. "Dari 54 kasus ini seluruhnya varian Clade IIB. Clade II ini mayoritas menyebarkan wabah Mpox pada Tahun 2022 hingga saat ini dengan fatalitas lebih rendah dan ditularkan sebagian besar dari kontak seksual," katanya dikutip KONTAN, Selasa (20/8). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga sebelumnya telah menyatakan Mpox sebagai darurat kesehatan global untuk yang kedua kalinya imbas kenaikan kasus yang cukup tinggi di Afrika dan sejumlah negara lain. Varian Clade IB yang diyakini lebih 'berbahaya' juga mulai menyebar di sejumlah negara seperti Swedia hingga Pakistan. Untuk diketahui, terdapat dua Clade Mpox virus, yakni Clade I berasal dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan subclade 1a. Subclade 1a ini memiliki case fatality rate (CFR) lebih tinggi daripada clade lain dan ditularkan melalui beberapa mode transmisi. Sementara itu, subclade 1b ditularkan sebagian besar dari kontak seksual dengan CFR 11%.
Baca Juga: Terus Menyebar, Kasus Cacar Monyet Jenis Baru Terdeteksi di Pakistan Untuk mengantisipasi penyebaran cacar monyet, Kemenkes menyiapkan 12 laboratorium sebagai mitigasi persebaran Mpox. Laboratorium itu digunakan untuk memeriksa setiap individu yang diduga terpapar virus tersebut. Menurut Yudhi, lokasi laboratorium untuk Region I di Medan, Region II di Batam, dan Region III di Palembang. Berikutnya juga ada Region IV di Jakarta dan Pangandaran Jawa Barat, Region V di Yogyakarta dan Magelang, Region VI Surabaya. Selanjutnya, Regional VII di Banjarbaru, VIII Makassar, IX Maluku, X di Maluku Utara dan XI di Papua. Sebagian besar region telah dilengkapi dengan alat reagen pemeriksaan Mpox, sedangkan untuk regional III, IX, dan X belum tersedia reagen," paparnya. Selain menyediakan laboratorium, pemerintah juga melakukan penyelidikan epidemiologi, pencatatan NAR, dan menginformasikan WHO soal kasus Mpok di Indonesia. Pun dengan Obat-obatan juga telah disiapkan. Yang terang, perawatan akan dilakukan bergantung pada keparahan kasus. Bagi kasus ringan diminta untuk melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan Puskesmas. Sementara kasus berat dirawat di rumah sakit.
Baca Juga: Cegah Penyebaran Virus Mpox, Pakistan Mulai Skrining Semua Wisatawan Masuk Kemenkeus juga tengah menyiapkan total 4.450 dosis vaksin, yakni 2.225 sasaran dengan dua dosis per orang, untuk mencegah penyebaran cacar monyet. Sejauh ini, Kemenkes telah melaksanakan vaksinasi Mpox bagi kelompok risiko tinggi pada tahun 2023 terhadap 495 sasaran. Untuk kebutuhan vaksin Mpox, Kemenkes mendapat bantuan dari negara ASEAN sebanyak 2.850 dosis. Selain itu, Kemenkes juga akan memesan vaksin sebanyak 1.600 vial dari Denmark. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli