UPDATE: Harga Daging Sapi, Ayam dan Telur Naik



BANDUNG. Harga daging sapi di pasar Sederhana, Kota Bandung pada hari Rabu (21/7) Rp 58.000 per kg, naik dari harga pada hari Selasa (20/7) kemarin yang hanya Rp 55.000 per kg. Tak hanya daging sapi saja, kenaikan harga juga terjadi pada daging ayam dan telur ayam.

Harga daging ayam hari Rp. 25.500 per kg, naik dari kemarin yang dilepas di harga Rp 25.000 per kg; sedangkan harga telur juga naik dari Rp 13.000 per kg pekan lalu sekarang menjadi Rp.15.000 per kg.

Kenaikan harga tersebut dipicu oleh minimnya pasokan daging maupun telur yang datang dari peternakan ke pasar. "Pasokan dagingnya kurang," kata Neng Komalasari, salah satu pedagang daging di pasar Sederhana hari ini, Rabu (21/7).Hal tersebut diamini oleh Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia DPD Jawa Barat, Dadang Suganda. Ia mengimbuhkan, peningkatan harga daging sapi itu disebabkan oleh berkurangnya pasokan sapi dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat berkurang. Dus, dengan harga daging sapi yang kini mencapai Rp 58.000 per kg, bukan tidak mungkin harga tersebut akan naik lagi.


Sementara itu, daging sapi yang diusung dari luar negeri alias impor juga tersendat lantaran adanya kebijakan pengurangan impor sapi oleh Kementerian Pertanian. "Maksudnya pengurangan impor itu bagus untuk peternak lokal, tapi harga akan naik jika impor dikurangi," terang Dadang. Ia sangat berharap impor daging sapi tersebut dibuka untuk menyuplai kebuthan daging di Jawa Barat.

Untuk kenaikan harga daging ayam dan telur ayam, menurut Dadang, dipengaruhi oleh kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang baru ditetapkan oleh pemerintah 1 Juli lalu. Lantaran ongkos produksi ikut terkerek naik, maka harga daging ayam dan telur pun ikut membengkak.

Impor sapi bakalan

Lucunya, meski pedagang pasar mengaku pasokan daging sapi berkurang, pemerintah yakin ketersediaan daging sapi menjelang puasa dan lebaran bakal tercukupi. Pemenuhan tersebut bakal bersumber dari dalam negeri maupun diusung dari luar negeri alias impor. "Utamanya, impor daging tersebut untuk memenuhi kebutuhan daerah Jabodotabek," kata Gunaryo, Sekretaris Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan.

Gunaryo menyebutkan, pemenuhan daging untuk kebutuhan dalam negeri yang defisit tersebut bersumber dari impor sapi bakalan dari Australia. Setelah digemukkan, barulah sapi tersebut dipotong. "Impor banyak dalam bentuk bakalan sehingga bisa digemukkan dahulu di dalam negeri," kata Gunaryo. Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan, dari sisi nilai, pada periode Januari hingga April 2010 lalu impor sapi bakalan dari Australia membukukan peningkatan sebesar 38,29% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Nilai impor sapi bakalan pada Januari-April 2010 sebesar US$ 182.285.226 atau naik dari realisasi impor tahun 2009 yang hanya menembus US$ 131.809.144. Kenaikan jumlah sapi impor tersebut merupakan salah satu bentuk respons pasar untuk mengantisipasi naiknya permintaan daging di bulan puasa dan lebaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: