Urbanisasi di RI gagal dongkrak perekonomian



Jakarta. Daya saing kota-kota besar yang ada di Indonesia dinilai masih jauh tertinggal dari negara-negara berkembang lainnya. Padahal, kota-kota besar di Indonesia telah menanggung beban yang lebih besar dibandingkan kota lainnya, terutama DKI Jakarta.

Pertumbuhan urbanisasi menjadi indikator sahih untuk menggambarkan betapa Jakarta memiliki porsi dominan dalam pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia mencatat, jumlah urbanisasi setiap tahunnya meningkat rata-rata sebesar 2,85 juta penduduk.

Namun, menurut Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Arif Hartawan, setiap 1% kenaikan urbanisasi hanya menambah pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita sebesar 2% saja. Jumlah itu masih jauh dibandingkan kota-kota besar lainnya di negara berkembang.


Misalnya saja, Thailand dampak pertumbuhan urbanisasi 1% menyumbangkan pertumbuhan perkapita sebesar 10%, India 6%, Vietnam 8%, dan China 6%. "Ini karena kebanyakan masyarakat yang datang ke Jakarta memiliki kemampuan rendah," kata Arif, Rabu (1/6) di Jakarta.

Ada sejumlah faktor yang membuat kondisi tersebut terjadi. Pertama, infrastruktur perkotaan yang belum mendukung terciptanya aktifitas masyarakat dan dunia usaha yang efisien.

Kegiatan yang tidak efisien itu, membuat produktifitas komulatif setiap kota juga rendah. Sehingga, urbanisasi yang besar hanya menambah jumlah pengangguran, dan meningkatnya kemacetan.

Salah satu cara yang didorong adalah, menumbuhkan kota-kota besar yang disebut smart city. Smart city diartikan, sebagai kota yang berkembang dengan produktifitas dan efisiensi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto