KONTAN.CO.ID - Hasil penelitian menyebutkan urbanisasi telah mengubah pola pertumbuhan tanaman di musim semi. Kondisi ini dapat merusak kehidupan mahluk hidup lainnya. Salah satu pertanda datangnya musim semi adalah tumbuhnya dedaunan berwarna hijau cerah. Berseminya tanaman menggiring serangga, burung, dan hewan lainnya bangun dari masa hibernasi.
Baca Juga: Wah, perubahan iklim mempengaruhi keamanan jembatan Penelitian baru yang didanai oleh National Science Foundation menunjukkan fakta mengejutkan. Urbanisasi merubah pertanda datangnya musim semi. Kota-kota beriklim dingin mendorong tanaman bersemi lebih cepat dari waktunya. Sedangkan, kota-kota dengan iklim hangat menunda pertumbuhan tanaman tersebut. Penelitian menemukan efek suhu perkotaan bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi penundaan tumbuhnya tanaman di musim semi. Polusi, perubahan kelembapan, kurangnya pupuk juga mempengaruhi pola musiman pertumbuhan tanaman. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan bagi kehidupan mahluk hidup lainnya. Selain itu, perubahan pola pertumbuhan ini juga dapat mengganggu pertanian. "Hal ini juga dapat menyebabkan alergi musim yang lebih lama atau lebih parah," kata Robert Guralnick, Kurator Informatika Museum Florida. Penelitian ini menunjukkan fakta menarik, area dengan suhu yang lebih hangat dan dengan tingkat polusi tinggi mendorong pertumbuhan tanaman pada musim semi lebih cepat. Hasil penelitian menyebutkan kenaikan suhu 3,6 derajat fahrenheit mampu meningkatkan produksi daun dan bunga lima sampai enam hari lebih cepat. Sedangkan, peningkatan jumlah populasi manusia sebesar empat kali lipat membuat bunga dan daun lebih cepat tumbuh tiga hari sebelum waktu pertumbuhan normal.
Baca Juga: Perubahan iklim mempengaruhi tingkah laku hewan "Untuk memahami dampak kompleks tentang urbanisasi pada sistem biotik membutuhkan pendekatan komputasi yang dapat mengintegrasikan berbagai sumber data," kata Peter McCartney, Direktur Program Divisi Insfratruktur Biologi National Science Foundation. Sekedar info, para ilmuwan menerbitkan hasil penelitian tersebut di dalam Nature Ecology and Evolution Journal.
Sumber : National Science Foundation Editor: Tri Sulistiowati