KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Isu seputar kemungkinan merger antara dua raksasa teknologi Asia Tenggara, Grab dan Goto, menuai respons serius dari berbagai kalangan. Di balik euforia yang mungkin ditimbulkan kabar ini, banyak yang menyoroti potensi dampaknya terhadap konsumen, pelaku usaha lokal, dan dinamika persaingan pasar digital di Indonesia. Pengamat ekonomi digital dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda, mempertanyakan urgensi dan motif dari aksi korporasi ini. Menurutnya, sebuah merger idealnya dilandasi kebutuhan yang kuat dan jelas. Namun dalam kasus Grab-Goto, ia belum melihat alasan yang cukup logis untuk penggabungan ini. Dia bilang, merger dilakukan seharusnya karena ada kebutuhan strategis. “Dulu dua unicorn lokal kita bergabung demi memperkuat valuasi. Tapi sekarang, apa motif sebenarnya? Kalau hanya sekadar merger, konsumen bisa jadi pihak yang paling dirugikan,” kata Nailul, Kamis (8/5)
Urgensi Rencana Merger Grab-Goto Dipertanyakan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Isu seputar kemungkinan merger antara dua raksasa teknologi Asia Tenggara, Grab dan Goto, menuai respons serius dari berbagai kalangan. Di balik euforia yang mungkin ditimbulkan kabar ini, banyak yang menyoroti potensi dampaknya terhadap konsumen, pelaku usaha lokal, dan dinamika persaingan pasar digital di Indonesia. Pengamat ekonomi digital dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda, mempertanyakan urgensi dan motif dari aksi korporasi ini. Menurutnya, sebuah merger idealnya dilandasi kebutuhan yang kuat dan jelas. Namun dalam kasus Grab-Goto, ia belum melihat alasan yang cukup logis untuk penggabungan ini. Dia bilang, merger dilakukan seharusnya karena ada kebutuhan strategis. “Dulu dua unicorn lokal kita bergabung demi memperkuat valuasi. Tapi sekarang, apa motif sebenarnya? Kalau hanya sekadar merger, konsumen bisa jadi pihak yang paling dirugikan,” kata Nailul, Kamis (8/5)