Urgensi vaksinasi ketiga ada, namun idealnya bukan dalam waktu dekat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wacana pemberian vaksinasi ketiga sebagai booster mencuat belakangan ini. Idealnya, harus ada dasar yang kuat dan urgensi yang besar untuk benar-benar melaksanakan program vaksinasi ketiga.

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, berdasarkan riset dan uji efektivitas vaksin Covid-19 di seluruh dunia, harus diakui bahwa memang diperlukan penguatan vaksinasi. Hal ini untuk meminimalisasi dampak penularan varian baru Covid-19 yang terus bermunculan dari waktu ke waktu.

“Varian Delta saja bisa menurunkan tingkat efikasi vaksin mencapai 30%. Belum lagi, masih ada potensi varian baru di masa mendatang,” ungkap dia, Kamis (30/9).


Baca Juga: Mal sudah boleh beroperasi, tetap jaga prokes selama ke pusat perbelanjaan

Lantas, urgensi untuk dilakukan program vaksinasi ketiga jelas ada, namun bukan dalam waktu dekat. Kemungkinan tahun depan baru bisa disebut waktu yang ideal untuk menggelar program vaksinasi ketiga. Itu pun dengan sejumlah syarat, salah satunya jumlah penerima vaksin dosis satu dan dua di setiap negara telah mencapai lebih dari 50%.

“Jadi, yang harus diutamakan sekarang adalah vaksinasi lengkap untuk dosis pertama dan kedua pada masyarakat umum,” tutur Dicky.

Kalaupun vaksinasi ketiga berjalan, maka kelompok seperti tenaga kesehatan, pelayan publik, lansia, disabilitas, dan pemilik komorbid harus diprioritaskan terlebih dahulu. Baru setelah itu, vaksinasi ketiga dapat diberikan kepada masyarakat umum.

Dicky juga menyebut, tidak ada masalah apabila vaksinasi ketiga menggunakan produk vaksin yang berbeda dengan vaksin dosis pertama dan kedua. “Namun, idealnya tetap menggunakan vaksin yang sama meski ada modifikasi. Tiap merek vaksin pun sekarang sudah dimodifikasi menyesuaikan varian baru,” pungkas dia.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: Memakai jenis masker ini tak bisa jadi pencegahan Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .