KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri kripto kembali berada dalam tekanan setelah harga seluruh aset kripto berguguran beberapa hari terakhir. Merujuk Coinmarketcap, kini harga Bitcoin pada Selasa (14/6) pukul 16.30 WIB berada di level US$ 22.644,40 atau terkoreksi 7,14% dalam 24 jam terakhir. Bahkan, jika dibandingkan dengan posisi awal tahun ini, harga Bitcoin telah mengalami penurunan sebesar 52,65%. Sementara itu, Ethereum justru punya nasib yang lebih buruk. Tercatat, saat ini harganya berada di US$ 1.222,73. Level tersebut telah mengalami koreksi sebesar 67,62% secara year to date.
Baca Juga: Pasar Kripto Mulai Khawatir Setelah Celsius Network Membekukan Penarikan Co-founder CryptoWatch dan Pengelola Channel Duit Pintar, Christopher Tahir menyebut tingginya inflasi Amerika Serikat (AS) menjadi dalang di balik kejatuhan harga berbagai aset kripto. Pasalnya, tingginya inflasi AS diiringi dengan menguatnya ekspektasi The Fed akan menaikkan suku bunga secara agresif. Hal tersebut berujung membuat investor lebih memilih mengamankan dana mereka dari aset berisiko di kala terjadi kenaikan suku bunga. Wajar akhirnya, aset kripto yang merupakan aset paling berisiko terkena dampak yang paling besarnya. “Tekanan ini berpotensi baru akan selesai ketika adanya kondisi yang lebih stabil atau ketika perubahan tingkat suku bunga sudah tidak agresif dan mulai stagnan di level tertentu,” terang Christopher kepada Kontan.co.id, Selasa (14/6).
Baca Juga: Tekanan Makroekonomi dan Kasus Celsius Menyeret Bitcoin Terjun ke Area US$ 22.000 Oleh karena itu, menurutnya, untuk saat ini, tentunya aset kripto masih akan cenderung tertekan. Kendati begitu, secara jangka panjang, ia melihat kemungkinan harga aset kripto untuk naik kembali masih ada. Namun, dia belum yakin faktor apa yang bisa mendorong harga aset kripto karena masih harus melihat perkembangan kondisi ke depannya terlebih dahulu. Secara teknikal, dia melihat untuk Bitcoin kini mempunyai level support terdekat di US$ 20.000, lalu level
resistance di US$ 25.000. Sementara untuk Ethereum, proyeksinya level
support terdekat ada di US$ 1.000, dengan level
resistance di US$ 1.500.
Baca Juga: Pelaku Pasar Tengah Tidak Bergairah Berinvestasi di Aset Kripto, Bitcoin Terjungkal Dengan kondisi saat ini, Christopher menyarankan bagi para investor yang menyimpan Bitcoin untuk jangka panjang, bisa menjadi periode yang tepat untuk menambah posisi secara berkala atau
dollar cost averaging. “Namun untuk trader jangka pendek dan trader yang bertransaksi di derivatif, alangkah lebih baik untuk menunggu adanya konfirmasi di pasar terlebih dahulu,” tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati