Usaha jasa pertambangan siap bersaing



JAKARTA. 131 perusahaan jasa usaha pertambangan bertekad merebut pasar jasa pertambangan Indonesia ke depan dengan menargetkan peningkatan kompetensi yang sesuai dengan standar global demi menyiapkan diri menyosong era pasar bebas termasuk di sektor jasa pertambangan pada 2015 mendatang.Tjahyono Imawan, Ketua Asosiasi Jasa Pertambangan (ASPINDO) mengatakan, pihaknya saat ini sedang menyusun sertifikasi usaha jasa pertambangan yang diharapkan sudah berlaku pada tahun depan. Dengan sertifikasi tersebut, profesionalisme dalam hal pemenuhan kaidah teknis tambang, aspek komersial, dan best mining practice akan diukur berdasarkan standar global.

Dengan sendirinya, terjadi peningkatan kompetensi perusahaan usaha jasa pertambangan yang setara dengan kualitas pengembangan tambang internasional. Diharapkan, Dengan adanya peningkatan kompetensi dan profesionalisme tersebut, perusahaan usaha jasa pertambangan Indonesia optimistis mampu menjadi tuan di negara sendiri. "Pasar bebas bukan merupakan ancaman, kami siap bekerja sama dengan investor tambang asing,” kata dia seperti dikutip dari pernyataan resmi yang diterima KONTAN, Senin (17/6).Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo meminta supaya sektor usaha jasa pertambangan tidak hanya mencari keuntungan tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja yang luas, mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal, dan pro terhadap lingkungan. Karena itu, pihaknya meminta agar perusahaan yang tergabung dalam ASPINDO tidak menggerakkan illegal mining yang saat ini menjadi salah satu masalah di sektor pertambangan.“Kalau mau sektor jasa usaha pertambangan berkontribusi lebih besar, penyerapan kandungan lokal baik dari sisi teknologi, tenaga ahli, maupun fasilitas wajib ditingkatkan,” katanya.Sebelumnya, investasi sektor jasa usaha pertambangan pada 2011 tercatat sekitar Rp12 triliun dibandingkan pada 2010 sekitar Rp9,7 triliun. Tahun lalu investasi mencapai Rp12 triliun.Sementara itu, nilai pajak usaha jasa pertambangan pada 2011 tercatat Rp2,1 triliun, dan tahun lalu lebih dari Rp2,3 triliun. Di samping itu, nilai pembelanjaan nasional dan lokal usaha jasa pertambangan pada 2011 tercatat Rp9,8 triliun, dan naik menjadi lebih dari Rp14 triliun pada tahun lalu.Ilham A. Habibie menambahkan, secara makro pertumbuhan ekonomi Indonesia bergantung pada sektor konsumsi dan sumber kekayaan alam. Dua sektor ini tidak akan cukup menjadi penopang pertumbuhan ekonomi ke depan jika tidak ditunjang dengan pertumbuhan sektor industri dan pabrikasi. Hal ini sangat bergantung pada pengembangan teknologi baru sesuai kebutuhan sektoral.“Kita selalu merasa kaya karena adanya sumber daya alam yang melimpah sehingga kita lemah dalam hal pengembangan teknologi baru dan menciptakan pusat-pusat industri berbasis teknologi terapan. Ini menjadi tantangan sektor usaha jasa pertambangan ke depan, karena sumber kekayaan alam itu terbatas,” katanya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Fitri Arifenie