Usaha mainan anak melaju makin cepat



Menjelang musim libur Lebaran, permintaan mainan anak meningkat tajam 20% hingga 50%. Khususnya mainan anak-anak yang dioperasikan dengan menggunakan mesin penggerak dan bisa ditunggangi oleh penggunanya. Dari bisnis ini, seorang produsen mainan anak di Madiun, Jawa Timur, bisa mengantongi omzet sekitar Rp 700 juta per bulan. Marginnya lumayan, lo!Maraknya pembangunan pusat perbelanjaan dan tempat wisata membawa berkah tersendiri bagi produsen mainan anak. Maklum, membeludaknya pengunjung situs wisata dan mal turut mendongkrak permintaan mainan anak. Misalnya mainan anak berupa boneka berbentuk binatang, yang dioperasikan menggunakan mesin penggerak (koin) dan bisa ditunggangi oleh penggunanya. Sejumlah produsen mainan anak mengaku, penjualannya menjelang musim libur Lebaran tahun ini meningkat pesat. Simak saja penuturan Sugiyanto, produsen mainan anak di Madiun, Jawa Timur. "Saat ini penjualan menjelang libur Lebaran bisa naik sampai 50% dibandingkan bulan biasa," katanya.Jika biasanya dia hanya bisa menjual sekitar 35 unit mainan, menjelang Lebaran tahun ini penjualannya meningkat mencapai 50 unit. Satu unit mainan dijual dengan harga bervariasi. Mulai dari Rp 6 juta hingga Rp 20 juta per unit. Misalnya mainan kuda-kudaan yang bisa berjalan, dibanderol seharga Rp 6 juta per unit. Sedangkan mainan berbentuk kereta api mini dengan tujuh gerbong, dijual seharga Rp 20 juta per unit. Harga itu untuk pengunaan bahan full fiberglass. Adapun, kereta mini yang bahannya perpaduan dari fiberglass dan triplek, dijual seharga Rp 15 juta per unit.Dari sekian banyak mainan yang diproduksinya, kata Sugiyanto, penjualan terbesar berasal dari mainan kereta api mini. "Sekitar 50% pelanggan saya memesan mainan jenis ini," ujarnya. Sugiyanto bilang, kebanyakan pelanggannya yang memesan kereta api mini dilatari oleh pertimbangan potensi balik modal mainan jenis ini terbilang tinggi. Dia memberi contoh, satu kereta mini dengan tujuh gerbong dalam setiap lima menit sekali bisa mengangkut hingga 10 anak.

Dus, pendapatan pelaku usaha yang mengoperasikan mainan ini mengalir lebih cepat. Adapun mainan koin yang seharga Rp 6 juta, dalam lima menit hanya bisa dinaiki oleh satu anak. "Jadi kalau beli mainan yang bisa dinaiki banyak anak, secara investasi akan lebih menguntungkan," kata pria yang sudah menggeluti usaha ini sejak 2004. Sugiyanto menambahkan, sebagian besar pelanggannya adalah pelaku usaha mainan anak di mal. Mereka datang dari berbagai daerah di dalam negeri. Antara lain, Jabodetabek, Madiun, Ngawi, Ponorogo, Solo Sragen, Padang, Palembang, Medan, Aceh, Batam, dan Kalimantan. Tak mengherankan jika pendapatan Sugiyanto dari bisnis ini diperkirakan mencapai Rp 700 juta per bulan.Berkah dari penjualan mainan anak yang dilengkapi mesin penggerak juga dinikmati Asrizal Fahmi, pemilik Rumah Keatif Aris Jaya di Sidoarjo, Jawa Timur. Dia mengatakan, menjelang Lebaran tahun ini penjualan mainan buatan perusahaannya sudah meningkat 20%.Sayangnya, Fahmi enggan membeberkan berapa banyak jumlah mainan yang berhasil dijualnya. Yang jelas, harga jual mainan produksinya berkisar antara Rp 11 juta hingga Rp 18 juta per unit.

Mengikuti perkembangan tokoh


Cerita indah dari penjualan mainan anak juga diungkapkan Sugiyono, pengusaha mainan anak berupa Rumah Fiber di Solo, Jawa Tengah. Bahkan, dia mengaku, satu bulan sebelum Ramadan usahanya telah mengalami kenaikan omzet yang lumayan besar. "Agustus lalu, saya mendapatkan proyek pembuatan mainan air yang cukup besar," imbuhnya. Proyek itu, antara lain, pembuatan satu set waterboom, satu set play ground untuk mandi bola, dan satu set water play yang berisi bermacam-macam ukuran papan seluncur di air. Nilai proyek pembuatan tiga set mainan air itu Rp 540 juta. Proses pembuatan taman bermain air itu butuh waktu sekitar empat bulan. Pengerjaan proyek dimulai sejak awal Ramadan. Sesuai dengan rencana, proyek itu akan selesai pada November mendatang. "Taman bermain ini disiapkan untuk liburan akhir tahun," kata Sugiyono. Memang, proyek sebesar ini tidak datang tiap bulan. Di bulan biasa, minimal Sugiyono bisa mengantongi omzet penjualan mainan anak-anak sekitar Rp 40 juta. Rata-rata dalam sebulan dia menjual kiddie ride atau mainan anak dengan koin sebanyak lima unit, satu unit play ground dan 10 unit sepeda air. "Marginnya sekitar 30%," imbuh Sugiyono.Biasanya, dalam memproduksi mainan, para produsen harus terus mengikuti perkembangan tokoh idola yang digandrungi anak-anak. Contohnya, tokoh anak-anak yang sedang tren saat ini adalah Upin dan Ipin, serta Krisna. "Kami harus up to date terus tokoh idola anak-anak. Dengan begitu, mereka akan tertarik dengan mainan jenis ini," kata Sugiyono. Asal tahu saja, untuk membuat satu unit mainan jenis ini, produsen harus melalui beberapa tahapan produksi. Yang pertama-tama tentu saja membuat cetakan dari tanah liat. Kata Sugiyanto, untuk membuat satu kereta mini membutuhkan waktu hingga tiga pekan. Itu pun jika didukung oleh cuaca cerah. Sebab, jika sedang musim hujan, waktu pengerjaannya bisa molor hingga sebulan. Maklum, proses produksinya harus melewati beberapa kali tahap pengeringan. Mulai dari mengeringkan fiberglass, dempul, cat airbrush dan pengeringan cat antigores.Para produsen mainan ini mengklaim semua bahan baku yang dipakai dalam proses produksi aman bagi anak-anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi