Usaha Pakan Ternak Masih Terbuka Lebar



JAKARTA. Pakan ternak merupakan salah satu komponen penting dalam industri peternakan. Namun, harga pakan ternak terus melambung gara-gara harga bahan baku pakan ternak yang melambung tinggi. Walaupun usaha pakan ternak menyisakan margin usaha yang tak terlalu lebar, namun ceruk usaha ini sangat terbuka lebar. Karena potensi peternakan di Indoensia masih terus berkembang. Salah satu pengusaha pakan ternak adalah Alexander FW. Pemuda 30 tahun ini merupakan pemimpin PT Mitra Feed Sejahtera yang saban hari bisa memproduksi sekitar 10 ton pakan ternak. Mulai untuk Sapi pedaging, sapi perah, kambing, babi, kelinci, ayam, bebek sampai ikan. Awalnya, Alexander adalah karyawan bidang IT di sebuah perusahaan swasta. Secara iseng Alexander membantu temannya untuk memproduksi pakan ternak. Tak disangka, Alexander akhirnya memutuskan berpaling menjadi wirausahawan pakan ternak dan mendirikan PT Mitra Feed Sejahtera empat tahun lalu. Alexander menjamin, ternak yang mengkonsumsi pakan buatannya bakal tumbuh dengan cepat dibandingkan dengan ternak yang hanya makan rumput belaka. "Pakan ternak yang saya hasilkan berkualitas dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan peternak," ujarnya. Untuk membuat pakan ternaknya, Alexander harus menyiapkan bahan baku pakan seperti bungkil, kopra, gabah, bekatul dan sebagainya. "Beberapa bahan seperti jagung makin mahal, beberapa bahan lainnya terkadang tidak ada pasokan. Sehingga margin keuntungan saya juga menipis," keluh Alexander. Selain itu, proses produksi pakan ternak Alexander masih dengan cara tradisional dibantu lima orang pekerja, belum menggunakan mesin besar. Sehingga produksi pakan ternaknya hanya sebesar 10 ton per hari. "Kalau pakai mesin, bisa sekitar 100.000 ton per hari," lanjutnya. Sehingga, harga pakan bisa ditekan menjadi lebih murah karena produksinya lebih efisien. Produk pakan ternak Alexander ini sudah tersebar di daeerah Jawa Barat dan sekitarnya. Alexander menjual harga pakannya mulai dari Rp 5000 sampai Rp 6000 per kilo. Sehingga dalam sehari paling tidak Alexander menggenggam omzet Rp 50 juta sampai Rp 60 juta. Namun, "marginnya hanya sekitar 5%," kilahnya. Untuk menyiasati kecilnya margin keuntungan dari penjualan pakan ternaknya, Alexander juga melayani pemesanan bahan baku ternak bagi para peternak yang membutuhkannya. Penjual pakan ternak lainnya adalah Rudy Cahyo. Karyawan swasta berusia 33 tahun ini menjadikan usaha pakan ternak sebagai tambahan penghasilan baginya. Hasilnya lumayan karena pakan ternak yang dijualnya berbahan dasar ampas gandum. Sehingga belum banyak peternakan yang menggunakannya. Toh, produk kemasan Rudy sudah menyambangi Jawa Tengah dan Surabaya walau posisi Rudy berada di Bekasi. "Rata-rata langganan saya adalah koperasi-koperasi peternakan besar," ujarnya. Pasalnya, ampas gandum ternyata masih mengamdung banyak glukosa. Yang amna, bila dikonsumsi ritun oleh ternak, misal sapi pedagaing, dalam waktu dua bulan saja sudah bertambah berat badannya secara signifikan. "Ini karena ampas gandum punya efek mengenyangkan," ujarnya. Rudy sendiri menekuni usaha ini sejak tahun 2006. Yaitu sebagai distributor pakan ternak ampas gandum yang merupakan limbah indutsri minuman. Limbah tersebut kemudian dibeli oleh PT Abdi Dharma, dan dari PT tersebut Rudy membeli limbah ampas gandum tersebut secara curah. Menurut Rudy, pasokan ampas gandum tergantung pada produksi pabrik minuman tersebut. terkadang, Rudy hanya mendapat jatah 20 ton saja dalam sebulan. Akan tetapi jika sedang hoki, ia bisa mendapat sekitar 100 ton sebulan. Setiap kilo ampas dijualnya Rp 720. Namun, untuk pemesanannya minimal 20 ton. Jadi, minimal dalam sekali kirimRudy bisa mengenggam omzet Rp 14,4 juta. "Saya hanya dapat keuntungan Rp 20 saban kilo. Sementara distribusi pakan ampas gandum tersebut sudah ditanggung PT Abdi Dharma," lanjutnya. Rudy bilang, kendala paling besar dalam usahanya adalah keterbatasan ampas gandum limbah produksi pabrik minuman. Bukan pada persaingan dengan penjual pakan ternak lainnya. "Saya yakin, bisnis pakan ternak kedepan tetap bagus karena korelasinya dengan ketahanan pangan," pungkas Rudy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: