Usaha Percetakan, Bertahan Di Tengah Arus Digitalisasi



JAKARTA. Makin mudah dan murahnya teknologi cetak digital dengan printer warna dan laminating dock membuat usaha percetakan makin mudah dilakukan. Siapa pun bisa membuka usaha percetakan ini asal punya koneksi dan segmen pasar yang jelas.

Namun, sesaknya persaingan usaha percetakan tak membuat Elik Ragil surut langkah. Berbasis pada pemasaran online di situs multiply, pemuda 27 tahun ini mampu bertahan menghidupkan bisnis percetakannya di bawah bendera Sahabat Printing.


"Selama masih ada acara, prospek bisnis percetakan masih ada. Walaupun hanya untuk sampul CD semata," ujar Elik optimistis.

Awalnya, jebolan fakultas sejarah Universitas Muhammadiyah Prof. Hamka ini hobi membuat sablon kaos. Lama kelamaan, tak hanya kaos yang disablonnya. Aneka poster dan spanduk pun turut digarapnya.

Dari usaha yang dirintis sejak tahun 2003 tersebut, Elik kemudian memantapkan diri membuka usaha percetakan kertas. Karena waktu itu, belum banyak pemain terjun ke usaha tersebut sementara permintaan pelanggannya membeludak. Dengan modal Rp 13 juta, Elik membeli mesin cetak dan merekrut dua karyawan. Usaha cetak Elik memfokuskan diri ke cetak poster, undangan pernikahan dan cetak buku katalog atau brosur.

Lantaran desain dan kualitas cetak Elik bagus, berbagai perusahaan seperti anak perusahaan Trakindo, Ford cabang Jakarta Pusat , serta Antara sering memakai jasanya. "Saya servis mereka dengan hasil cetak dan waktu cetak yang singkat serta harga yang kompetitif," ujar Elik.

Cara kerja percetakan Elik sangat sederhana. Elik tinggal menyodorkan desain cetakannya kepada kliennya serta menyodorkan kertas apa yang diminta kliennya. Lantas, untuk film cetakan dibuat di tempat lain dengan sistem rekanan. Terakhir, kertas dicetak di rekanan cetak Elik.

Dengan cara kerja seperti itu, Elik bisa menghemat ongkos produksi serta tetap mampu menggaji lima karyawannya. Serta, mampu berbagi rejeki dengan rekanan-rekanannya.

Untuk cetak poster warna, sekali pesan minimal 500 lembar poster. Harganya dipatok Rp 3500 per lembar A3. Dari cetak poster, Elik emndapat keuntungan Rp 2500 per lembar.

Untuk undangan, pemesanan minimal 150 lembar. Harganya mulai dari Rp 1000 sampai Rp 15.000 per lembar. Sementara untuk buku katalog atau brosur, harganya Rp 12.500 per 30 lembar ukuran separuh A4. Minimal ordernya 500 buku. Dari buku dan undangan, Elik mendapat margin sekitar 30%.

Elik mengaku, ketika teknologi cetak masih susah, saban hari dengan mudah dia mendapatkan sekitar empat pesanan sehari. Sekarang, ketika teknologi cetak makin murah dan mudah, mendapat dua pesanan saja sudah bagus.

Maka, Elik menyiasati penurunan bisnisnya dengan mempromosikan diri lewat internet. Dari situ, pesanan banyak mengalir. Agar lebih menarik minat calon pelanggan, Elik memberlakukan penawaran khusus tanpa uang panjar.

"Kita tinggal datangi calon klien dan presentasi harga di depan mereka," ujarnya. Sayangnya, promosi Elik masih sebatas daerah Jabodetabek dan Bandung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie