Usaha Perhiasan Batu Mulia, Lebih Senang Kalau dolar AS Naik



JAKARTA. Siapa sih yang tidak suka memakai perhiasan? Baik pria ataupun wanita ternyata suka memakai perhiasan Selain menambah indah penampilan, perhiasan yang kita pakai bisa juga menambah gengsi. Lantaran, perhiasan yang dipakai lumayan mahal harganya. Tak heran jika peluang usaha di bidang perhiasan begitu menggiurkan untuk dicicipi. Begitu pula dengan Eli Mulyati. Pengusaha batu mulia asli Sukabumi ini sudah sejak tahun 1986 malang melintang di dunia perhiasan batu mulia. Usaha yang dirintisnya bersama sang suami tersebut telah mengantarkannya menuju cita-citanya menunaikan ibadah haji. Bahkan, mall pertama di Indonesia, Sarinah, mendapuknya sebagai mitra tetap sejak tahun 1987. "Mereka tertarik batu-batu buatan saya karena lebih halus dan pengerjaannya tidak asal-asalan," ujarnya ketika ditemui KONTAN disela ajang pameran Mutumanikam di Jakarta Convention Center, Senayan, Kamis lalu. Eli menuturkan, awalnya, Eli dan suaminya yang waktu itu berkantung pas-pasan ingin mencari usaha untuk memenuhi kebutuhan dapur keluarganya. Akhirnya terbersit pemikiran untuk memanfaatkan batu-batu alam dari Sukabumi. Misalnya saja batu fosil, batu kristal, serta batu akik. Eli juga menerima order penggosokan batu permata. Waktu itu, belum banyak pengusaha Sukabumi yang tertarik dengan pengolahan batu mulia tersebut. Mula-mula, Eli hanya menjual batu-batu mulia yang sudah diampelas halus semata. Paling hanya dibentuk menjadi telur, atau oval dengan beragam ukuran besar dan kecil. Sedangkan untuk batu fosil dan batu kristal, kadang dijual setengah utuh dan dibuat seperti piagam saja dengan landasan dari kayu. Batu-batu mulia tersebut dijual dengan harga mulai Rp 20.000 sampai ratusan ribu rupiah. Eli mengaku, pembeli dari Eropa dan india sangat menyukai batu-batu kristalnya tersebut. Tak heran jika saban bulannya Eli mampu meraup omset lebih dari Rp 25 juta. "Kala itu, desain memang tidak penting," kenang Eli. Namun, ketika industri batu mulia di Sukabumi mulai bangkit beberapa tahun terakhir ini, mau tak mau Eli harus berbenah. Berbekal desain buatannya sendiri, Eli dan kesepuluh pekerjanya mulai mengerjakan pembuatan bros, kalung, gelang serta cincin dari batu mulia. Harga produk buatannya dibanderol mulai dari Rp 150.000. Dari jumlah tersebut, Eli mengaku mencicipi margin lebih dari 10% untuk satu produknya. Selain itu, Eli juga membuat kerajinan berbentuk hiasan kura-kura kecil dari batu fosil, juga beberapa bentuk binatang lainnya dalam ukuran mini. Hiasan tersebut dijual seharga Rp 10.000 per buah. lantaran murah, hiasan tersebut laku keras tatkala musim kawin tiba. "Sekali pesan, bisa sampai 700 buah," ujarnya. Tak seperti perajin lainnya yang mengeluhkan imbas krisis, Eli malah bersuka cita ketika tahu kurs dolar AS naik. Pasalnya, Eli menjual batu-batu olahannya dengan harga dolar AS untuk pasar India dan Eropa. Jadi, jika dolar AS naik, keuntungan Eli malah semakin meningkat. "Semoga saja tahun 2009 akan semakin baik," ujarnya sembari tersenyum. Dibalik sikap optimistisnya, Eli mengaku khawatir dengan pasokan bahan baku batu mulianya. Pasalnya, beberapa batu alam sudah mulai langka keberadaannya di Sukabumi. "Kalau batuan fosil, malah masih banyak," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: