KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Morgan Stanley Capital International (MSCI) kembali merombak Indeks Saham MSCI Global Standard dan MSCI Small Cap. Ada tiga saham yang masuk, berbarengan dengan enam saham yang tergusur sebagai konstituen indeks MSCI. Dalam
rebalancing kali ini, PT Amman Mineral Internasional Tbk (
AMMN) masuk ke dalam daftar MSCI Global Standard Index. Emiten big cap pendatang baru itu menggeser posisi PT Vale Indonesia Tbk (
INCO). Di kategori Small Cap Index, MSCI menambahkan PT Bank Jago Tbk (
ARTO) dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (
EMTK). Sedangkan PT Bank Neo Commerce Tbk (
BBYB), PT Bumi Resources Tbk (
BUMI), PT PP (Persero) Tbk (
PTPP), PT Timah Tbk (
TINS) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (
WIKA) tersingkir dari MSCI Small Cap Index.
Perubahan Indeks MSCI kali ini akan berlaku sejak penutupan perdagangan 30 November 2023, dengan masa efektif 1 Desember 2023. Adapun,
rebalancing Indeks MSCI berikutnya berlangsung tahun depan, yang akan diumumkan pada 12 Februari 2024 untuk tanggal efektif di 1 Maret 2024. Pelaku pasar pun merespons positif saham-saham yang menjadi konstituen Indeks MSCI Global Standard maupun MSCI Small Cap. Tengok saja pergerakan harga AMMN yang kembali menanjak, naik 1,05% ke level Rp 7.225 pada perdagangan Rabu (15/11).
Baca Juga: AMMN Geser INCO, Ini Hasil Kocok Ulang Indeks MSCI Global Standard & Small Cap Saham EMTK dan ARTO melaju lebih kencang, masing-masing melejit 7,41% dan 12,20%. Membawa harga EMTK ke posisi Rp 580 dan ARTO ke Rp 2.300 per saham. Sedangkan respons terhadap saham yang keluar dari Indeks MSCI bervariasi, dengan mayoritas ditutup melemah atau stagnan. INCO anjlok paling dalam dengan penurunan 4,81%. Sementara WIKA merosot 0,99% dan BBYB turun 0,71%. BUMI dan PTPP kompak ditutup pada level harga yang sama dengan perdagangan sebelumnya. Hanya TINS yang mampu menanjak, naik 1,54%. Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menilai
rebalancing indeks MSCI cukup sesuai ekspektasi mempertimbangkan
market cap, free float dan nilai rata-rata transaksi harian. "Dari beberapa kejadian sebelumnya, ada banyak investor memanfaatkan
rebalancing MSCI untuk mengambil keputusan, karena akan ada
inflow dan
outflow yang terbentuk," terang Pandhu kepada Kontan.co.id, Rabu (15/11). Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menambahkan, masuk menjadi anggota indeks MSCI dapat memoles prospek saham, sehingga berpotensi mempertahankan tren kenaikan. Hanya saja, Sukarno mengingatkan lonjakan harga ini bersifat sementara. "Setelah itu kembali lagi ke faktor-faktor fundamental perusahaan. Pelaku pasar bakal merespon positif, potensi akan menambah atau melakukan hold lebih lama lagi. Tapi tetap perhatikan faktor-faktor lainnya," imbuh Sukarno.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus sepakat, masuk ke indeks MSCI akan membawa angin segar bagi pergerakan harga saham. Namun, investor tetap perlu cermat menilai kondisi fundamental, prospek bisnis dan valuasi dari emiten tersebut. "Apabila sudah masuk ke dalam Indeks MSCI, tentu akan mudah masuk dalam kategori saham investor asing. Seberapa momentum ini akan bertahan? itu kembali ke fundamental. Ketika harga berada di saat terendah, maka ini menjadi momen yang tepat untuk membeli," sebut Nico. Analis & Branch Manager Jasa Utama Capital Sekuritas Solo, Robin Haryadi menimpali manager investasi lokal maupun global yang menjadikan MSCI sebagai referensi akan ikut me-
rebalancing portofolio fund-nya. Situasi ini bakal turut menyetir harga saham yang terkena kocok ulang Indeks MSCI. Robin menegaskan, lonjakan harga saham ARTO dan EMTK akibat tersengat sentimen Indeks MSCI. Begitu juga dengan AMMN, tetapi dengan level kenaikan yang lebih terbatas. Alasannya, selain karena harga sudah naik tinggi, dalam beberapa waktu belakangan ini sudah banyak
big fund yang melakukan aksi akumulasi. "Menarik sekali bagi para investor atau trader pasar modal untuk sementara trading dulu di saham-saham tersebut, memanfaatkan kenaikan karena sentimen masuk ke dalam MSCI," ungkap Robin.
Rekomendasi Saham
Pandhu mengingatkan, potensi
inflow dari MSCI biasanya juga dimanfaatkan untuk
profit taking. "Sehingga terjadi distribusi dari para pemegang saham lama kepada pengelola
fund MSCI dan sebaliknya. Potensi
outflow dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk bisa menyerok harga yang lebih rendah," ujar Pandhu. Jika harga saham terbilang sudah mahal, perlu dipertimbangkan
taking profit atau hindari terlebih dulu. Pandhu menyoroti AMMN yang secara valuasi sudah cukup mahal. Dengan adanya potensi inflow dari Indeks MSCI, Pandhu melihat situasi ini bisa dimanfaatkan untuk
taking profit. Baca Juga: MSCI Lakukan Rebalancing Indeks, Ini Deretan Saham yang Masuk dan Keluar Kemudian untuk ARTO dan EMTK, Pandhu menilai secara fundamental belum terlalu meyakinkan, sehingga kurang cocok untuk investasi jangka panjang. Tapi, jika dilihat dari pergerakan harga sahamnya, secara momentum ada di posisi awal tren menguat setelah lama
bearish. Dus, saham ARTO dan EMTK menarik dicermati hingga tren penguatan mulai terhenti. Sedangkan untuk saham yang keluar dari Indeks MSCI, Pandhu mengamati INCO masih menarik dikoleksi. "Tunggu saja sampai tekanan jual mereda, atau sampai terlihat sinyal pembalikan arah," tandas Pandhu. Sementara itu, Research Analyst Erdikha Elit Sekuritas Ika Baby Fransiska memandang pergerakan harga saham terkait
rebalancing indeks MSCI ini masih terdorong akibat psikologis investor ritel. Ika menganalisa, secara valuasi saham AMMN sudah cukup mahal. Namun, market cap AMMN yang naik secara konsisten turut mengangkat euforia pelaku pasar. Ika menilai saham AMMN masih layak koleksi. Namun, dia menyarankan strategi
buy on weakness pada posisi harga Rp 7.000, dengan target di level Rp 7.500. "Didukung juga dengan MESOP dari manajemen yang akan meningkatkan kepercayaan investor. Prospek AMMN masih cukup potensial," kata Ika. Sedangkan bagi saham yang keluar dari Indeks MSCI, Ika melirik BUMI yang menurutnya masih layak koleksi. Strateginya dengan
buy on breakout jika mampu menembus level Rp 120, target kenaikan menuju Rp 138. Terhadap saham-saham lainnya, Ika menyarankan
wait and see. Baca Juga: Direksi Amman Mineral Asal Australia Borong 105,40 Juta Saham Amman Mineral (AMMN) Sukarno merekomendasikan
wait and see terhadap saham-saham yang keluar dari Indeks MSCI, lantaran secara tren harga mayoritas
downtrend. Sedangkan bagi tiga saham yang masuk Indeks MSCI, Sukarno menganalisa adanya indikasi untuk
trading buy karena berada dalam tren kenaikan jangka pendek.
Robin punya saran terhadap saham-saham yang keluar dari Indeks MSCI. Mempertimbangkan harga saham yang terkadang justru bisa naik terlebih dulu, sehingga tidak turun terlalu dalam ketika
rebalancing efektif. Dus, para trader bisa melakukan
sell on strength. Kemudian, untuk saham-saham yang punya fundamental apik, bisa koleksi dengan strategi
buy on weakness karena biasanya terkoreksi cukup dalam. Sedangkan Nico lebih menyoroti tiga saham yang masuk ke dalam Indeks MSCI. Nico tidak merekomendasikan AMMN dengan harga yang sudah tinggi. Sedangkan bagi saham ARTO dan EMTK masih layak untuk buy memanfaatkan sentimen jangka pendek. Support ARTO ada di Rp 2.150 dengan resistance pada Rp 2.470. Support - resistance EMTK berada di level Rp 570 - Rp 600 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari