KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) menguat 1,26% ke rekor tertinggi 6.720,26 pada perdagangan Jumat (19/11). Selama sepekan, IHSG menguat 1,04%. Analis Erdikha Elit Sekuritas, Hendri Widiantoro melihat pekan ini pergerakan IHSG
volatile di tengah sentimen pasar yang bervariasi, kendati di akhir pekan pasar cenderung menguat. Sentimen negatif berasal dari pasar Amerika Serikat yang
volatile, dipengaruhi data ketenagakerjaan dan inflasi dari sisi produsen yang tinggi pekan ini. Lalu, merebaknya gelombang keempat Covid-19 di Jerman juga sempat menekan pergerakan IHSG. Selanjutnya dari dalam negeri, aksi
wait and see pasar menunggu keputusan rilis BI7DRRR di Indonesia.
Baca Juga: Rupiah Jisdor melemah tipis ke Rp 14.237 per dolar AS pada Jumat (19/11) "Meskipun sentimen negatif dan ketidakpastian pasar pekan ini cukup banyak, akhirnya Jumat ini rilis data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang cukup memuaskan di Indonesia menjadi
triger penopang IHSG pekan ini," kata Hendri kepada Kontan.co.id, Jumat (19/11). Dia memaparkan, surplus NPI ditopang oleh kinerja transaksi berjalan yang surplus US$ 4,5 miliar. Semua ini berkat neraca dagang barang RI yang juga surplus sebesar US$ 13,24 miliar pada periode yang sama. Adapun, ekspor Indonesia yang tumbuh signifikan menjadi pendorong terbesarnya. Bank Indonesia (BI) juga mencatat NPI membukukan surplus US$ 10,7 miliar pada kuartal ketiga 2021, membaik dari kuartal sebelumnya. "Tentunya hal ini menjadikan titik balik bagi IHSG sebagai angin segar setelah sepekan terjadi koreksi sehat pasca rally pekan sebelumnya," terang Hendri.
Baca Juga: Meneropong prospek reksadana pasar uang di tahun 2022 Untuk pekan depan, dia melihat People's Bank of China diperkirakan masih akan mempertahankan suku bunga acuan untuk pinjaman perusahaan dan rumah tangga stabil selama 19 bulan berturut-turut pada penetapan November. Suku bunga pinjaman satu tahun (LPR) diperkirakan tidak berubah di 3,85%, sedangkan lima tahun tetap di 4,65%. Dari Eropa akan ada rilis IHS Markit Eurozone Composite PMI yang diperkirakan 53,7 pada November 2021 dari awal dari periode sebelumnya di kisaran 54,2. "Sejak mencapai level tertinggi di 60,2 pada bulan Juli, pertumbuhan aktivitas berada dalam tren menurun," kata Hendri. Juga akan ada rilis IHS Markit US Manufacturing PMI yang diperkirakan lebih rendah menjadi 58 pada November 2021, dari perkiraan sebelumnya 58.4. Angka terbaru menunjukkan peningkatan tajam dalam kesehatan sektor manufaktur AS.
Baca Juga: IHSG ditutup rekor lagi ke 6.720 pada Jumat (19/11) Dari dalam negeri, akan rilis data penjualan motor yang belum ada perkiraan konsensusnya yang mana data ini juga dinantikan oleh pasar. "Indeks pada pekan depan diperkirakan masih akan bergerak
rally pada range pergerakan 6.680 hingga
resistance 6.780," ujar dia.
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana memperkirakan secara teknikal IHSG masih berpeluang untuk melanjutkan penguatannya, meskipun akan ada sedikit koreksi wajar. "Untuk rentang pergerakannya kami perkirakan berada pada 6.667-6.735, dengan level
support di 6.621 dan
resistance di 6.750," kata dia. Untuk pekan depan, Herditya menilai beberapa saham yang dapat diamati antara lain,
DOID,
SSMS,
AUTO, dan
FREN. Sedangkan Hendri merekomendasikan
BBRI,
PGAS,
INCO,
MDKA,
BBTN,
LINK, dan
TLKM.
Baca Juga: IHSG menguat 1,04% sepekan ke level tertinggi sepanjang masa Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat