KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masuknya Indonesia ke forum ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) memberikan peluang baru dalam hubungan dagang dan geopolitik, termasuk potensi impor minyak dari Rusia. Namun, langkah ini tampaknya tidak berdampak signifikan pada kepastian proyek Kilang Tuban, yang sejak lama terkendala finalisasi investasi. Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal menegaskan keanggotaan Indonesia di BRICS belum tentu menyelesaikan tantangan dalam proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban. Proyek senilai Rp238,5 triliun yang dicanangkan untuk mengolah 300.000 barel minyak mentah per hari itu masih terhambat ketidakpastian final investment decision (FID) dari Rosneft Singapore Pte Ltd, anak usaha PJSC Rosneft, yang menjadi mitra PT Pertamina (Persero). “Enggak berpengaruh sih [dengan Indonesia masuk ke BRICS]. Posisinya akan tetap sama, karena mereka [perusahaan migas Rusia] memang lagi fokus ke negara masing-masing. Si Rosneft pun juga lagi pusing untuk membantu negaranya juga,” kata Moshe kepada Kontan, Selasa (14/1).
Usai Gabung BRICS, Bagaimana Nasib Kilang Tuban?
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masuknya Indonesia ke forum ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) memberikan peluang baru dalam hubungan dagang dan geopolitik, termasuk potensi impor minyak dari Rusia. Namun, langkah ini tampaknya tidak berdampak signifikan pada kepastian proyek Kilang Tuban, yang sejak lama terkendala finalisasi investasi. Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal menegaskan keanggotaan Indonesia di BRICS belum tentu menyelesaikan tantangan dalam proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban. Proyek senilai Rp238,5 triliun yang dicanangkan untuk mengolah 300.000 barel minyak mentah per hari itu masih terhambat ketidakpastian final investment decision (FID) dari Rosneft Singapore Pte Ltd, anak usaha PJSC Rosneft, yang menjadi mitra PT Pertamina (Persero). “Enggak berpengaruh sih [dengan Indonesia masuk ke BRICS]. Posisinya akan tetap sama, karena mereka [perusahaan migas Rusia] memang lagi fokus ke negara masing-masing. Si Rosneft pun juga lagi pusing untuk membantu negaranya juga,” kata Moshe kepada Kontan, Selasa (14/1).