Usai IPO, Indah Prakasa Sentosa langsung kebut ekspansi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indah Prakasa Sentosa Tbk (INPS) atau Inprase Group menjadi emiten baru yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan ini melakukan initial public offering (IPO) pada 5 April 2018.

Perusahaan yang bergerak di sektor logistik dan penjualan energi ini berdiri sejak 1950 dengan usaha pertama menjalankan perdagangan dan angkutan bahan bakar berskala kecil. Di tahun 1980, INPS mulai bekerjasama dengan Pertamina untuk mendistibusikan BBM dan pelumas.

Nah, baru di 1990 bisnis INPS semakin berkembang dengan merambah ke jasa logistik, transportasi dan memperluas cabang distribusi BBM dan LPG. Kini, INPS menjadi perusahaan terbuka yang menyediakan jasa logistik, perdagangan dan distribusi BBM dan LPG baik melalui transportasi laut maupun darat.


Dari perhelatan IPO, INPS berhasil meraup dana sebesar Rp 41,40 miliar. Karya Bakti Kaban, Head Corporate Secretary Inprase Group mengatakan sekitar 49% dana hasil IPO akan digunakan untuk mengakuisisi PT Jono Gas Pejagalan. Sementara sisa dana IPO digunakan untuk menambah modal kerja.

PT Jono Gas Pejagalan adalah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan LPG untuk segala ukuran seperti 12 kilogram, 50 kilogram hingga LPG bulk. Selama ini, Karya mengatakan bisnis yang dijalankan INPS di bidang LPG hanya menjual dan mendistribusikan LPG bulk.

"Jadi belum main di LPG 12 kg dan 50 kg," kata Karya, Jumat (27/4).

Dengan akuisisi ini, Karya berharap komitmen INPS untuk memegang semua jenis penjualan LPG bisa tercapai. "Akuisisi buat bisnis unit jadi makin lengkap untuk jual LPG di semua range ukuran," tambah Karya.

Secara keuangan, akuisisi ini juga akan membantu pertumbuhan pendapatan INPS secara konsolidasi. Karya menyebut dalam setahun PT Jono Gas Pejagalan mampu membukukan pendapatan sekitar Rp 60 miliar hingga Rp 70 miliar dengan laba mencapai sekitar 5 miliar. Kini, proses penandatangan kepakatan beli sudah dilakukan dan sedang proses melapor kegiatan akuisisi ini kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dana hasil IPO juga rencananya akan digunakan untuk membangun satu SPBU di tahun ini. Alokasi dana yang disiapkan untuk membangun SPBU baru yang berada di daerah Jakarta Utara ini sebesar Rp 50 miliar hingga Rp 60 miliar. Karya mengatakan proses pembangunan SPBU baru tersebut mencapai 40% dan ditargetkan bisa beroperasi pada Juni atau Juli tahun ini.

Selesainya pembangunan SPBU di Jakarta Utara menambah total kepemilikan SPBU INPS menjadi dua unit. Karya mengatakan akan terus mengembangkan bisnis SPBU dan berencana akan membangun satu SPBU kembali di daerah Jababeka pada 2019.

Saat ini bisnis pergudangan mendominasi kontribusi pendapatan perusahaan, yaitu sebesar 42%. Selanjutnya, kontribusi pendapatan sebesar 41% diisi dari bisnis distribusi bahan bakar. Untuk menggenjot bisnis pergudangan, Karya menargetkan pada Mei 2018 akan mengoperasikan gudang baru yang berada di Jababeka. Ruang di dalam gudang tersebut memiliki luas sekitar 6.500 m2 dan memiliki luas diluar gudang sebesar 3.000 m2.

Dengan akan beroperasinya gudang baru tersebut, total jumlah gudang yang dimiliki INPS menjadi sekitar 30.000 m2. Rinciannya, gudang milik INPS seluas 10.000 m2 dan tersebar di wilayah, Cilegon, Tangerang, Jakarta, dan Cikampek. Lalu, INPS juga menyewa dan mengelola gudang dengan luas 10.000 m2 yang tersebar di Padalarang, Samarinda, dan Medan.

Saat ini gudang INPS kebanyakan diisi produk fast moving consumer goods (FMCG). Dua produk yang menjadi tenant utama di gudang INPS adalah Softex dan Homeco.

Selanjutnya, setelah IPO, INPS juga akan menaikkan kelas kantor perwakilan di Surabaya dan Banjarmasin menjadi kantor cabang. Dengan begitu, kantor cabang INPS bertambah menjadi lima cabang.

Demi mendongkrak kinerja bisnis distribusi bahan bakar, INPS menargetkan akan menambah kendaraan menjadi 280 unit di tahun ini. Alokasi anggaran yang digelontorkan untuk menambah unit transportasi mencapai Rp 45 miliar.

Karya mengatakan fokus INPS di tahun ini adalah menjadikan bottom line yang kini masih minus menjadi surplus. Karya menargetkan pendapatan INPS di akhir tahun mencapai Rp 600 miliar dengan laba bersih mencapai Rp 19 miliar hingga Rp 20 miliar.

"Kita akan maksimalkan pergudagangan dan SPBU," kata Karya. Selain itu, Karya mengatakan INPS akan terus melanjutkan kerjasama dengan Pertamina dan menambah kerjasama dengan pelanggan.

Sedikit bocoran, Karya mengatakan INPS saat ini sedang proses melobi satu perusahaan logistik untuk diakuisisi. "Kita lagi mendalami untuk akuisisi perusahaan yang sejenis dengan kita, yaitu perusahaan logistik, kalau ada kecocokan mungkin kita akan akusisi," kata Karya.

Mengenai kabar rights issue INPS di 2019, Karya mengatakan belum ada pembahasan lebih lanjut di internal INPS. Justru, Karya mengatakan INPS cenderung lebih ingin melakukan stock split jika diizinkan BEI.

"Nilai saham kita cukup bagus direspons pasar sempat naik 12 kali lipat dari harga awal, kita akan amati terus kalau tren naik berlanjut ada rencana untuk stock split di tahun mendatang," kata Karya.

Menurut Karya, prospek pertumbuhan bisnis logistik masih menarik. Hal ini terlihat dari cukup banyak pemain baru di sektor logistik dan perusahaan yang sudah berdiri lebih awal mengalami perkembangan tinggi.

"Industri ini growth paling bagus makanya persaingan memang ketat banyak muncul pemain baru baik dari lokal maupun luar neegri," kata Karya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat