Usai Mandalika, Indonesia Digadang Akan Memiliki Lebih Banyak Sirkuit Internasional



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Momentum ajang MotoGP di Sirkuit Mandalika tampaknya memicu ambisi Indonesia untuk terus mengembangkan bisnis sport tourism atau wisata olahraga dalam beberapa waktu ke depan.

Akhir pekan ini, Indonesia menghelat ajang MotoGP untuk pertama kalinya dalam 25 tahun terakhir di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sirkuit tersebut juga akan menggelar World SuperBike (WSBK) pada tahun ini.

Pembangunan Sirkuit Mandalika memakan biaya investasi sebanyak Rp 2,49 triliun. Sumber pendanaan proyek sirkuit tersebut berasal dari Penanaman Modal Negara (PMN) dan non tunai kepada Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) sebesar Rp 1,3 triliun, alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 1,18 triliun, serta pemberian fasilitas kepabeanan dan perpajakan atas impor barang modal dalam rangka pembangunan KEK Mandalika sebesar Rp 12,75 miliar.


Baca Juga: Gesitnya Marshal Sirkuit Mandalika Dipuji Race Director MotoGP

Indonesia juga berkesempatan menjadi tuan rumah balapan mobil listrik, Formula E. Saat ini, pengerjaan sirkuit Formula E di kawasan Ancol, Jakarta Utara masih terus berlangsung. Sirkuit ini dikelola oleh PT Jakarta Propertindo. PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk (JKON) bertindak sebagai kontraktor proyek tersebut.

Pembangunan sirkuit Formula E di Jakarta diperkirakan rampung akhir Maret nanti, sedangkan seri Formula E Indonesia akan berlangsung pada 4 Juni 2022 mendatang. Adapun anggaran proyek Sirkuit Formula E tercatat sebesar Rp 60 miliar.

Pengembangan sejumlah sirkuit lainnya tampaknya akan berlanjut di berbagai wilayah Indonesia.

Dalam postingan di Instagram pada Jumat (18/3) lalu, Bambang Soesatyo, Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) menyebut, ada lima sirkuit yang akan dibangun di Indonesia.

Baca Juga: Aksi Pawang Hujan Curi Perhatian di MotoGP, Fabio Quartararo Berkelakar

Pertama, Bintan International Circuit (BIC) di kawasan Bintan, Kepulauan Riau yang mana prosesi peletakan batu pertama telah dilakukan pada Kamis (17/3) lalu. Proyek BIC merupakan kerja sama antara IMI dengan Bintan Cakrawala Resort dan Gallant Venture Pte Ltd asal Singapura. Proyek sirkuit yang direncanakan untuk penyelenggaraan Formula 1 ini akan menelan biaya investasi sekitar Rp 1,2 triliun.

Kedua, IMI bersama Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan pengelola Sirkuit Sentul akan merestorasi Sirkuit Internasional Sentul menjadi West Java Sentul International Circuit great 2. Ketiga, IMI akan mengembangkan Kawasan Pusat Olahraga Sumatera Selatan Jakabaring di Palembang menjadi Street Sirkuit Internasional Jakabaring.

Keempat, IMI menjajaki kerja sama dengan Agung Sedayu Group untuk membangun PIK-2 International Circuit great 1 di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Kelima, pengembangan Sirkuit Bali Pecatu Go-kart Internasional di kawasan Bali Pecatu Jimbaran, Bali.

Baca Juga: Pendanaan IKN Akan Libatkan Swasta, Begini Komentar Pengusaha

Di luar itu, ada pula rencana dari Pemerintah NTB untuk membangun sirkuit balap motocross di kawasan Samota, Sumbawa. Pembangunan sirkuit tersebut telah dimulai pada awal Maret ini.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda berpendapat, potensi sport tourism pada dasarnya tergantung dari dua faktor, yakni animo penonton dan kesiapan infrastruktur penyelenggaraan acara di negara yang bersangkutan.

Kedua faktor tersebut mulai tumbuh di Indonesia seiring kehadiran ajang MotoGP di Sirkuit Mandalika. Sebelumnya, cukup banyak penonton Indonesia yang hadir saat seri MotoGP berlangsung di Sepang, Malaysia maupun Formula 1 di Singapura.

"Penonton adalah mesin uang untuk penyelenggaraan sebuah event. Semakin tinggi minat penonton, maka semakin potensial pula sebuah acara olahraga digelar di suatu negara," ungkap dia, Minggu (20/3).

Baca Juga: Pemerintah Luncurkan 47 Proyek Investasi Berkelanjutan, Begini Komentar Ekonom

Pemerintah pun sangat berhasrat untuk meningkatkan nilai pariwisata melalui pembangunan infrastruktur utama olahraga maupun infrastruktur penunjangnya.

Walau begitu, perlu diperhatikan bahwa pembangunan infrastruktur olahraga seperti sirkuit balap tidak boleh hanya sekadar untuk event setahun sekali. Sirkuit tersebut harus lebih sering digunakan untuk berbagai ajang olahraga balap di tiap tahunnya.

Huda menilai, rencana pengembangan sejumlah sirkuit sebenarnya punya maksud baik karena selain untuk memajukan olahraga otomotif, juga untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Namun, risiko pembangunan beberapa sirkuit tersebut adalah biaya investasi yang besar dan berpotensi membengkak serta dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk balik modal.

"Makanya, saya rasa Indonesia cukup mengembangkan saja Sirkuit Mandalika ini untuk ajang-ajang balapan bergengsi internasional. Beberapa negara juga ada yang hanya punya satu sirkuit yang bagus, tapi digunakan untuk semua ajang balapan internasional," tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati