Usai menguat, rupiah diprediksi masih stabil



JAKARTA. Rupiah terus menunjukkan performa positif dengan dorongan sisi internal maupun eksternal. Kondisi fundamental yang cukup kuat turut menopang pergerakan mata uang garuda.

Di pasar spot, Senin (11/7) nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menguat 0,55% ke level Rp 13.107 dibanding sehari sebelumnya. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah menguat 0,45% ke level Rp 13.112 per dollar AS dibanding penutupan tanggal 1 Juli lalu.

David Sumual, Ekonom PT Bank Central Asia Tbk memaparkan, rupiah mampu bergerak positif di hari pertama setelah libur lebaran. Sentimen global serta domestik kompak mendukung pergerakan rupiah.


Sebelum libur hari raya Idul Fitri pekan lalu, pemerintah mengesahkan Undang-Undang (UU) Tax Amnesty yang berhasil menjadi amunisi penopang rupiah.

Laju inflasi bulan Juni berada di level 0,66% sementara Purchasing Manager Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia sebesar 51,9 atau level tertinggi sejak Juli 2014. 

"Aktivitas manufaktur dan inflasi turut mengangkat rupiah," ujar David. 

Tingkat kepercayaan investor terhadap iklim investasi dalam negeri masih tinggi, terlihat dari banyaknya aliran dana masuk baik melalui pasar saham maupun obligasi.

Sementara dari sisi eksternal, data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yakni Non Farm Payroll (NFP) bulan Juni naik menjadi 287.000 dari sebelumnya 11.000.

Data tersebut membawa harapan adanya kenaikan impor dari negeri Paman Sam sehingga turut mengangkat mata uang negara eksportir.

Selasa (12/7) rupiah masih sepi sentimen baik domestik maupun global. Data neraca perdagangan dalam negeri baru akan dirilis menjelang akhir pekan ini. Meski demikian, David menduga rupiah masih akan bergerak stabil di kisaran Rp 13.080-Rp 13.180 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan