Usai naik signifikan, laju minyak mulai lesu



JAKARTA. Harga minyak kehilangan momentum setelah mencatat reli terpanjang dalam dua bulan. Keyakinan stok minyak Amerika Serikat (AS) menyusut teredam oleh kekhawatiran naiknya aktivitas pengeboran di Amerika.

Mengutip Bloomberg, Selasa (18/4) pukul 13.46 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Mei 2017 di New York Mercantile Exchange cenderung stagnan di level US$ 52,64 per barel dibanding sehari sebelumnya. Pada awal pekan, minyak jatuh hingga 1%.

Pelaku pasar menanti data stok minyak mingguan AS dari Energi Information Administration (EIA) yang dirilis Rabu (19/4). Stok minyak AS kemungkinan naik lantaran rig pengeboran terus bertambah dalam 13 minggu terakhir.


Citigroup Inc mengatakan, pemangkasan produksi OPEC akan mengimbangi respon produsen Amerika terhadap kenaikan harga. Sementara Goldman Sachs Group Inc meminta pelaku pasar untuk bersabar.

Citigroup memperkirakan stok minyak akan berkurang signifikan lantaran jika pembatasan produksi OPEC terus berlanjut. Harga minyak sudah menguat ke atas US$ 53 per barel setelah OPEC berseru untuk melanjutkan pembatasan produksi hingga semester kedua tahun ini.

"Pasar telah mencatat penguatan cukup bagus lantaran ketegangan di Timur Tengah serta meningkatnya keyakinan bahwa OPEC akan memperpanjang pembatasan produksi di atas enam bulan," kata Ric Spooner, Kepala Analis CMC Markets di Sydney, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (18/4).

"Sementara persediaan AS akan menurun, tetapi dari level yang jauh lebih tinggi dibanding dua tahun terakhir. Kita juga akan kembali ke area harga yang mungkin menarik lebih banyak produksi minyak shale lagi," imbuhnya.

Survey Bloomberg menujukan stok minyak AS pekan lalu akan menyusut 1,7 juta barel. Sementara data EIA menunjukkan stok minyak AS telah meningkat ke angka 535,5 juta barel pada akhir Maret lalu atau level tertinggi sejak tahun 1982.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto