KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penawaran Sukuk Ritel (SR) seri SR021 telah resmi berakhir. Usai penawaran instrumen Surat Berharga Negara (SBN) ritel jenis syariah tersebut, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berencana menawarkan ORI026 pada akhir bulan ini. Berdasarkan data salah satu mitra distribusi yakni Bibit, SR021 terjual sekitar Rp 24,22 triliun dari total kuota Rp 25 triliun. Secara rinci, tenor 3 tahun (SR021T3) berhasil terjual sekitar Rp 19,28 triliun dari total kuota Rp 19,5 triliun. Sedangkan, SR021 tenor 5 tahun (SR021T5) terjual Rp 4,94 triliun dari total kuota Rp 5,5 triliun. Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kemenkeu Tony Prianto mengatakan, hasil penjualan secara resmi SR021 baru akan diumumkan pada Senin (23/9). Namun yang jelas adalah penjualan SR021 tersebut sudah memenuhi ekspektasi pemerintah.
Baca Juga: Sukuk Ritel SR021 Terjual Sekitar Rp 3,58 Triliun Dalam Sepekan Menurut Tony, minat masyarakat tergolong tinggi terhadap SR021. Hal itu karena SR021 dipandang sebagai instrumen investasi aman di tengah kondisi market yang relatif tidak stabil. Di sisi lain, besaran kupon SR021 cukup menjadi daya tarik bagi investor ritel. Untuk diketahui, SR021 menawarkan kupon sebesar 6.35% untuk SR021T3 dan 6.45% untuk SR021T5. Pemesanan SR021 yang sangat mudah melalui platform online dan nominal pemesanan minimum yang terjangkau menjadi karakteristik unggulan lain yang dimiliki SR021. Dari sisi likuiditas, SR021 juga dapat diperdagangkan (
tradable) di pasar sekunder, setelah minimum
holding period. "Faktor-faktor ini membuat investor ritel domestik masih sangat berminat pada SR021," ungkap Tony kepada Kontan.co.id, Minggu (22/9). Adapun sesuai jadwal penerbitan SBN Ritel 2024, pemerintah selanjutnya akan menawarkan ORI026 mulai dari tanggal 30 September – 24 Oktober 2024. Dari awal tahun ini, pemerintah sudah menawarkan ORI025, SR020, ST012, SBR013, serta SR021. Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menilai, penawaran ORI026 kemungkinan masih akan menarik perhatian pasar seperti SBN ritel sebelumnya. Namun mungkin penjualan ORI026 tidak akan begitu tinggi di tengah tren penurunan suku bunga acuan. Ramdhan menjelaskan, dari sisi imbal hasil, kupon ORI026 mungkin tidak lebih tinggi daripada kupon SBN ritel sebelumnya. Hal itu karena pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan the Fed berdampak bagi penurunan yield Surat Utang Negara (SUN) atau SBN. "Besaran kupon terpengaruh suku bunga acuan artinya akan menyelaraskan yield SBN. Kalau prediksi saya, kupon ORI026 bisa di rentang 6.1% - 6.2%," ujar Ramdhan saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (22/9). Kendati demikian, Ramdhan menuturkan bahwa kupon instrumen SBN masih lebih menarik dibandingkan instrumen sejenis seperti deposito. Hal itu karena bunga deposito di bawah 5% dan berpotensi turun efek dari suku bunga. Pajak deposito juga lebih tinggi 20% daripada SBN ritel hanya 10%.
Baca Juga: Sejumlah Mitra Distribusi Optimis Penjualan SR021 Bakal Laris Manis Di Pasar Selain itu, prediksi besaran kupon ORI026 tersebut masih belum pasti. Sebab, penentuan besaran imbal hasil alias kupon SBN ritel sangat bergantung kondisi pasar terkini, dimana ORI026 baru akan ditawarkan sepekan mendatang. "Dari sisi serapan, karena memang likuiditas pasar masih cukup tinggi dan suku bunga turun, saya rasa ORI026 bisa jadi instrumen alternatif pilihan market. Secara umum, ORI026 menawarkan imbal hasil menarik ketimbang deposito," imbuh Ramdhan. Ramdhan menyebutkan, walaupun penjualan ORI026 mungkin tidak akan setinggi seri SBN ritel sebelumnya yang berada di kisaran Rp 20 triliun, namun ORI026 diproyeksi masih bisa raup penjualan di atas kisaran Rp 15 triliun.
ORI026 yang rencananya ditawarkan pemerintah dalam format SDG Bond, juga bisa menjadi nilai tambah karena bisa menarik perhatian investor yang peduli terkait keberlanjutan. Adapun komitmen SDGs mencakup berbagai isu pembangunan sosial dan ekonomi. Secara umum, Ramdhan melihat, potensi pasar surat utang Indonesia menguat sangat terbuka terutama didukung oleh likuiditas investor luar negeri. Investor asing atau disebut non residen diperkirakan akan kembali meramaikan pasar obligasi domestik yang saat ini hanya sekitar 15% dari total investor surat utang tanah air. Di sisi lain, tingkat kepercayaan investor domestik terhadap kondisi pasar saat ini turut akan menambah likuiditas pasar. Dengan demikian, Ramdhan memperkirakan,
yield SUN tenor 10 tahun sebagai acuan masih memungkinkan ke level 6,3% di akhir tahun 2024, apabila likuiditas di pasar surat utang bertambah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi