Usai PLTB Tolo beroperasi komersial, tahap II siap dikembangkan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Mineral (ESDM) Rida Mulyana bersama Direktur Pengadaan Strategis 2 PT PLN (Persero) Djoko R. Abu Manan meninjau Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo berkapasitas di Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Pembangkit ini memiliki kapasitas sebesar 72 megawatt (MW).

"Saya hadir di sini untuk memastikan apakah proyek PLT Bayu ini layak diresmikan. Ini dibangun sejak 2016 lalu dan sudah beroperasi secara komersial 14 Mei 2019. Setelah 3 bulan, saya lihat produksi listriknya makin meningkat, bagus dan dilaporkan belum ada (kendala) apa-apa," kata Dirjen Rida dalam siaran pers, Jumat (6/9).

Menurutnya, pembangkit Listrik Energi Baru Terbarukan yang intermitten menjadi tantangan sendiri bagi pengembang untuk mengoptimalkan pengoperasian. Isu prakiraan cuaca yang memengaruhi produksi listrik diharapkan dapat segera diatasi. "Ini dibutuhkan oleh PLN untuk keseimbangan pasokan dan cadangan jaringan," tambahnya.


Baca Juga: Lagi, pelanggan keluhkan lonjakan tagihan PLN

Rida menambahkan tantangan utama adalah terkait harga jual listrik yang lebih murah. "Tantangan bisnis yang kita (Pemerintah) mintakan kepada pengembang listrik adalah pengalaman di tahap I dan PLTB Sidrap, mereka menjanjikan (pengembangan PLTB tahap kedua) harganya di bawah Biaya Pokok Produksi (BPP)," paparnya.

Sebagai informasi, PLTB Tolo yang dikelola oleh pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) ini memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang mencapai sekitar 40%.

Dengan tinggi 133 meter (m) dan panjang baling-baling 63 m, 20 turbin yang terpasang masing-masing mampu mengalirkan listrik sebesar 3,6 MW, sehingga kapasitas totalnya mencapai 72 MW. Kehadiran PLTB ini mampu melistriki setara 300.000 rumah tangga pelanggan 900 VA.

Baca Juga: Kerek pertumbuhan pendapatan, Cikarang Listrindo (POWR) gunakan strategi ini

Ia menambahkan PLTB Jeneponto masuk dalam program 35.000 MW. Ini merupakan bukti nyata komitmen pemerintah mewujudkan bauran energi primer energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025. Pemerintah juga terus mendorong pengembangan industri ini semakin kompetitif.

"Mudah-mudahan proyek ini sebagai salah satu dari delapan proyek strategis sektor ESDM yang bisa diresmikan langsung oleh Presiden RI," kata Rida.

Selain meningkatkan kapasitas penyediaan listrik dan keandalan sistem interkoneksi sistem Sulawesi bagian Selatan, PLTB ini juga mengurangi pemakaian BBM dan mengurangi biaya pokok pembangkitan dengan penghematan Rp 577 per-kWh jika dibandingkan dengan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).

Baca Juga: Faktor ini jadi penyebab pelanggan tidak dapat kompensasi dari PLN

Selanjutnya, pengembang PLTB Jeneponto rencananya bakal melakukan ekspansi menyusul keberhasilan beroperasinya pembangkit yang sekarang.

"Kalau sekiranya dikembangkan, saya gembira, mengingat (PLTB yang akan dibangun) sudah memiliki sistem penyimpanan energi. Akan membantu PLN bekerja dan utamanya pelanggan yang menjadi konsentrasi kita tidak mengalami masalah dari fluktuasi (produksi listrik)," jelas Rida.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .