Usai Premium, Harga Elpiji Harus Ikut Turun



JAKARTA. Ada pekerjaan rumah lanjutan buat pemerintah. Setelah menurunkan harga Premium bersubsidi Rp 500 per liter mulai 1 Desember 2008, kini saatnya pemerintah meminta Pertamina menurunkan harga bahan bakar lain yang juga menyangkut hajat hidup orang banyak: Liquified Petroleum Gas (LPG) alias elpiji.

Sebab, harga jual elpiji Saudi Aramco, yang selama ini menjadi patokan harga elpiji dalam negeri, juga sudah melorot. Mengutip Bloomberg, untuk kontrak November 2008, Saudi Aramco telah menurunkan dua komoditas yang menjadi basis penentuan harga elpiji di Asia. Pertama, harga kontrak propana kini cuma US$ 490 per metrik ton (MT), turun 37,9% ketimbang Oktober US$ 790 per MT. Kedua, harga butana turun lebih dalam lagi 39,5%, dari US$ 810 per MT jadi US$ 490 per MT.

Pertamina kini menjual tiga kategori gas elpiji, ukuran 3 kilogram (3 kg), 12 kg, dan 50 kg untuk industri. Pemerintah hanya mengatur harga 3 kg, sedang 12 kg dan 50 kg menjadi otoritas penuh Pertamina.


Nah, menurut Kurtubi, pengamat perminyakan, seharusnya pemerintah menurunkan harga elpiji 3 kg dan menitahkan Pertamina segera menurunkan harga elpiji 12 kg. "Karena harga elpiji Aramco turun, pemerintah harus minta Pertamina menurunkan harga elpijinya," kata Kurtubi, akhir pekan lalu. Penurunan harganya minimal 10%.

Tidak ada alasan bagi Pertamina tidak menurunkan harga. Saat menaikan elpiji 12 kg pada 1 Juli 2008 dari Rp 51.000 jadi Rp 63.000 per tabung, Pertamina beralasan kebijakan itu mengekor kontrak elpiji Aramco yang sepanjang Juni 2008 mencapai US$ 830 per MT. Sementara pada 2005, ketika menetapkan harga Rp 51.000 per tabung, harga Aramco cuma US$ 310.

Kini harga kontrak gas Aramco sudah melorot lagi. Karenanya, Kurtubi minta pemerintah dan Pertamina menurunkan elpiji 3 kg dan 12 kg. "Pertamina sudah untung," ujar Kurtubi.

Pemerintah dan Pertamina masih terkesan ogah-ogahan menanggapi hal ini. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral Evita Herawati Legowo hanya komentar, "Belum kami diskusikan," ujarnya.

Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Ahmad Faisal, mengaku masih rugi meski harga elpiji dunia turun. "Sekarang dengan harga elpiji dunia turun, kami masih rugi Rp 1.800 per kilogram," kata Faisal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie