TANGERANG. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (
AMRT) mulai mencari cara mengatasi kenaikan beban utang. Pemilik gerai Alfamart ini segera melunasi utang perbankan melalui
private placement alias penerbitan saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dulu (HMETD). Dengan
private placement, rasio utang
AMRT akan mengecil dan bisa memulihkan margin labanya. Tomin Widian, Direktur Keuangan
AMRT, mengatakan, hingga kuartal I-2015, total liabilitas perseroan melonjak 24,6% menjadi Rp 10,6 triliun. Adapun total ekuitasnya hanya naik 13,5% menjadi Rp 2,9 triliun. Hal itu menyebabkan
debt to equity ratio (DER)
AMRT meningkat dari 1,57 kali pada kuartal I 2014 menjadi 1,83 kali pada kuartal I 2015. "Usai
private placement, rasio DER akan langsung menurun menjadi 0,9 kali," ujar Tomin, Rabu (27/5).
Seperti diketahui,
AMRT akan menerbitkan 7,54% saham baru atau 2,9 miliar saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga saham
private placement itu sebesar Rp 530 per saham. Sesuai aturan, harga pelaksanaan mengacu harga rata-rata penutupan saham
AMRT selama 25 hari bursa sebelum pengumuman rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB). Dus, potensi dana yang terjaring dari aksi ini mencapai Rp 1,54 triliun. Tomin bilang, dana itu langsung digunakan untuk melunasi sebagian utang kreditur pihak ke tiga. Sehingga, beban dan risiko keuangan
AMRT bisa berkurang. Aksi korporasi ini merupakan lanjutan serangkaian rencana penambahan modal
AMRT yang telah disetujui pemegang saham pada September 2014. Sebelumnya,
AMRT telah menggelar
private placement 864,7 juta saham atau 2,29% modal ditempatkan dan disetor penuh, pada 5 Desember 2014. Sehingga sisa jatah non-HMETD itu akan diterbitkan pada Juni nanti. Kelak,
private placement AMRT akan diserap oleh PT Sigmantara Alfindo, PT Amanda Cipta Persada dan beberapa pemodal lain. Sigmantara adalah pemilik mayoritas
AMRT dengan porsi 52,81%. Kemudian Amanda Cipta merupakan anak usaha Sigmantara yang dikuasai 99,9%. Saat ini,
AMRT memiliki total utang bank jangka panjang sebesar Rp 1,7 triliun. Utang itu berasal dari Bank Central Asia sebesar Rp 875,9 miliar dan Rp 807,9 miliar utang dari BCA untuk entitas anak
AMRT. Kemudian Rp 51,3 miliar dari Bank of Tokyo Mitsubishi. Dikurangi bagian yang jatuh tempo Rp 777 miliar, total bagian jangka panjang mencapai Rp 957,7 miliar. "Usai
private placement, rasio utang akan sangat kecil dan membantu menyehatkan keuangan perseroan," ujar Tomin.
Memang, beban keuangan yang tinggi sempat membuat margin laba bersih
AMRT melambat. Laba
AMRT hanya naik tipis dari Rp 569 miliar di 2013 menjadi Rp 572 miliar pada 2014. Padahal saat itu pendapatannya naik 19,7% menjadi Rp 14,7 triliun. Beban keuangan juga membuat kinerja
AMRT di kuartal I 2015 merah. Perseroan membukukan rugi bersih Rp 39 miliar. Pada periode sama tahun lalu,
AMRT masih untung Rp 11 miliar. Di sisi lain, pendapatan
AMRT masih tumbuh 12,6% menjadi Rp 10.2 triliun pada kuartal I 2015. Tomin mengakui, gencarnya ekspansi di luar Jawa membuat beban perseroan meningkat. Hal ini pun memaksa
AMRT berutang untuk menambah gerai. Sementara, margin yang diperoleh dari gerai baru belum bisa menutupi tingginya beban. Dus, laba
AMRT menjadi tertekan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa