KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) mayoritas bergerak di zona hijau tetapi ditutup melemah sebesar 0,27% atau 18,53 poin ke level terendah sepanjang tahun 2024 sebesar 6.831,56 pada perdagangan Kamis (13/6). IHSG masih dalam rentang rawan koreksi dengan
support di angka 6.812 dan
resistance di level 6.887 menjelang libur panjang, Jumat (14/6). Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, kali ini IHSG dipengaruhi oleh pergerakan bursa global yang juga cenderung bergerak
mixed pasca perilisan data inflasi Amerika Serikat (AS) yang melandai. Kendati demikian, The Fed masih mengumumkan untuk mempertahankan suku bunga acuannya. “Selain itu, pergerakan nilai tukar rupiah yang masih melemah terhadap dolar AS diperkirakan mempengaruhi IHSG,” kata Herditya kepada Kontan.co.id, Kamis 13/6).
Dalam prediksinya, IHSG masih akan rawan melanjutkan koreksinya dengan
support di 6.812 dan
resistance 6.887. Hal ini berkaca pada sentimen data
producer price index (PPI) AS kondisi rupiah.
Baca Juga: Inilah Saham Blue Chip yang Melemah pada Kamis (13/6), Ada TLKM, MBMA, dan INTP Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, IHSG mendapatkan efek domino dari pasar yang positif. Menyusul adanya penguatan pada bursa regional di Asia dan AS. Menurutnya, adanya
rebound pada IHSG akibat faktor kepastian oleh the Fed melalui rilis
summary of economic projection, khususnya
Fed Funds Rate (FFR)
projection. “Sesuai proyeksi terjadi pergeseran dari 4,6% ke 5,1%,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Kamis (13/6). Dengan demikian, terdapat ruang bagi the Fed untuk menerapkan kebijakan pelonggaran moneter sebanyak satu kali. Hal ini memberikan katalis positif bagi pasar. Katalis positif lainnya berasal dari data
consumer price index (CPI) AS yang lebih melandai dan rupiah yang cenderung stabil. Oleh karena itu, IHSG akan lebih positif.
Baca Juga: IHSG Turun 0,27% ke 6.831 Kamis (13/6), BRIS, MAPI, PTBA Top Gainers LQ45 Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang melihat, terdapat tekanan jual yang masih cukup besar berkaca dari pola
black marubozu dan IHSG yang kembali mencatatkan level terendah baru di 2024 pada pergerakan Kamis (13/6). Menurutnya, perdagangan singkat di pekan depan akan turut mempengaruhi pasar yang lebih konservatif. Kemudian, nilai tukar rupiah menguat terbatas ke Rp 16.265 per dolar AS pada Kamis (13/6) sore. Kondisi ini mendorong
rebound teknikal pada sejumlah saham bank dan
bluechip di Kamis (13/6). Di saat yang sama, sejumlah saham energi dan barang baku menguat dipicu oleh ekspektasi
rebound lanjutan harga saham energi. “Hal ini ditopang proyeksi peningkatan permintaan di 2024 dan potensi
supply disruption,” kata Alrich kepada Kontan, Kamis (13/6). Sementara dari regional, terdapat sentimen positif dari Bank of Japan (BoJ) yang hendak menahan suku bunga acuan di level 0,1% pada pertemuan Jumat (14/3).
Baca Juga: Selektif Memburu Saham Keping Biru Saham unggulan menurut Alrich untuk perdagangan akhir pekan Jumat (14/6) meliputi ASII, TKIM, SCMA, BRIS, dan BBTN. Dalam jangka menengah sekaligus panjang, Nafan merekomendasikan untuk
accumulative buy terhadap saham INDF, ITMG, TLKM, dan UNTR. Herditya mencermati saham SMGA dengan target harga Rp 93–Rp 102, ISAT berkisar di level Rp 10.425–Rp 10.700, dan ASSA di harga Rp 745–Rp 770. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati