KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pergerakan saham GameStop yang tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) telah menjadi buah bibir dan menarik perhatian dunia. Lantaran harga saham rantai video game itu naik 400% selama sepekan yang ditopang oleh investor ritel. Mengutip Reuters pada Minggu (31/1), investor ritel mampu mengalahkan bandar besar atau pialang saham WallStreet yang biasanya mengendalikan pergerakan saham AS. Hal ini telah membuat beberapa investor semakin khawatir akan pergerakan liat saham GameStop yang menyebabkan pasar saham semakin volatilitas. Belum lagi pergerakan saham American Airlines dan sektor lainnya ikut reli akibat kebijakan Federal Reserve baru baru ini. Bank sentral telah mengantisipasi pengeluaran bantuan Covid-19 dan harapan bahwa vaksin akan membantu ekonomi AS kembali bangkit pada akhir tahun ini.
Baca Juga: Selidiki asal usul virus corona, tim WHO akan kunjungi pasar Huanan di Wuhan Ketua Fed Jerome Powell awal pekan ini telah menolak saran untuk menerapkan suku bunga super rendah. Juga tak mau melakukan pembelian obligasi besar-besaran yang akan menciptakan aset yang volatil. Namun komentar tersebut gagal meredakan kekhawatiran beberapa investor bahwa kebijakan moneter Fed telah mendorong pengambilan risiko yang berlebihan di pasar yang lebih luas. Tecermin dari S&P 500 naik 66% sejak Maret dan saham mendekati penilaian tertinggi mereka dalam dua dekade. “Tindakan di GameStop dan saham lainnya pasti membuat kami khawatir. Setidaknya, Anda harus mempertimbangkan bahwa ada peluang koreksi pasar,” kata James Ragan, direktur riset manajemen kekayaan di D.A. Davidson. Langkah tersebut juga menarik beberapa perbandingan dengan fenomena saham internet yang terjadi pada dua dekade sebelumnya. “Hanya fakta bahwa Anda memiliki sekelompok investor yang benar-benar mengejar keuntungan abnormal, itulah yang mengingatkan pada bubble dot-com,” kata Ragan.