KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Lippo Karawaci Tbk (
LPKR) kembali merilis obligasi senilai US$ 95 juta. Obligasi tersebut merupakan tambahan dari obligasi yang diterbitkan pada Januari 2020 lalu senilai US$ 325 juta. Keseluruhan dana tersebut akan digunakan untuk membayar utang jatuh tempo 2022. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2019, Lippo Karawaci memiliki utang obligasi senilai Rp 11,36 triliun yang sebagian akan jatuh tempo pada 2022. Utang tersebut terdiri dari obligasi yang diterbitkan oleh entitas anak Theta Capital senilai US$ 150 juta dengan tingkat bunga tetap sebesar 7% per tahun. Pada 27 Maret 2019, dilakukan pelunasan sebagian sehingga nilai nominal obligasi menjadi US$ 149,3 juta. Obligasi ini akan jatuh tempo pada 11 April 2022. Beban bunga yang masih harus dibayar masing-masing sebesar US$ 4,9 juta pada 30 September 2019 dan US$ 2,3 juta pada tanggal 31 Desember 2018.
Theta Capital kembali menerbitkan obligasi senilai US$ 260 juta dengan tingkat bunga tetap sebesar 7% per tahun. Obligasi ini akan jatuh tempo pada 11 April 2022, dengan beban bunga ang masih harus dibayar US$ 8,54 juta pada 30 September 2019 dan US$ 3,99 juta pada 31 Desember 2018.
Baca Juga: Lippo Karawaci (LPKR) rilis obligasi US$ 95 juta untuk lunasi utang jatuh tempo 2020 Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengatakan, Lippo Karawaci telah mencatatkan penurunan rasio utang terhadap ekuitas sejak sekitar tahun 2016-2017. Hal ini memungkinkan LPKR menerbitkan obligasi untuk menjaga kesehatan perusahaan. Apalagi, pasar properti di tahun ini diperkirakan membaik. "Memang sebenarnya kalau untuk ekspansi lebih baik, tetapi kalau ada utang jatuh tempo, ya harus dilakukan supaya bisa mempertahankan
rating yang positif dari lembaga outlook internasional," jelas Nafan kepada Kontan.co.id, Selasa (11/2). Menurut Nafan, dengan adanya pelonggaran kebijakan moneter dari Bank Indonesia (BI) maka sektor properti bisa mengoptimalkan kinerjanya di tahun ini. Hal ini bisa membuat pengembang untuk berinvestasi di bidang properti. "Dan proyek Meikarta bisa dilakukan dengan baik dan lancar dalam rangka memperbaiki kepercayaan investor," ujar dia. Meski terbilang proyek ambisius, Lippo Karawaci diharapkan bisa menyelesaikan proyek ini. Dari segi lokasi, seharusnya proyek ini bisa memiliki peluang bagus mengingat Bekasi juga merupakan tumpuan ekonomi Jawa Barat. Namun, Meikarta juga menghadapi tantangan karena sebagian proyek merupakan segmen
high rise. Menurut Nafan, dengan kondisi daya beli masyarakat saat ini, pelaku pasar justru lebih melirik rumah residensial yang lebih terjangkau seperti tipe 21. "Kalau apartemen itu positif bagi perusahaan yang lebih mengandalkan
recurring income," jelas dia.
Baca Juga: Dua analis ini rekomendasikan saham LPKR, ini alasannya Berdasarkan catatan Kontan.co.id, LPKR tahun ini mengincar
marketing sales sebesar Rp 2 triliun hingga Rp 2,25 triliun. Naik sekitar 8,1%-21,62% dari realisasi tahun 2019 yang mencapai Rp 1,85 triliun. Realisasi tersebut melebihi target 2019 yang ditetapkan Rp 1,5 triliun.
Sesuai rencana, LPKR akan meluncurkan sejumlah produk residensial di Karawaci, Kemang Village dan St Moritz Puri guna mengerjar target
marketing sales. Di sisi lain, perusahaan juga melanjutkan proyek Holand Village, Millenium Village, Kemang Office, Embarcadero, Lippo Office Thamrin dan Holland Village Manado. Manajemen juga memastikan, anggaran proyek Meikarta yang digarap oleh Lippo Cikarang juga tersedia, yakni US$ 180 juta. Anggaran ini berasal dari hasil penggalangan dana melalui
rights issue tahun ini. Secara teknikal, Nafan merekomendasikan
buy untuk saham LPKR dengan target harga jangka panjang di level Rp 328. Adapun saat ini harga LPKR berada di level Rp 234. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati