Usai Terjatuh, Harga Bitcoin Diprediksi Akan Terus Bullish hingga Capai US$ 73.000



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar kripto sempat terkoreksi selama beberapa hari terakhir setelah menyentuh level tertinggi pada 14 Maret pekan lalu. Melansir CoinMarketCap, harga Bitcoin turun 6,5% dalam sepekan. Tetapi, harga kripto paling populer ini kembali rebound atau naik 1,04% ke US$ 66.278 pada Jumat (22/3) pukul 14.30 WIB.

Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha Kusuma menjelaskan, Bitcoin kembali rebound akibat dari Federal Reserve Amerika Serikat (AS) mempertahankan suku bunga stabil di 5,25%-5,5% pada hari Rabu (20/3).

“Hal itu sesuai perkiraan dan mempertahankan proyeksi penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini, sehingga mengurangi kekhawatiran pasar akan mengambil sikap yang lebih hawkish,” ujar Panji kepada Kontan.co.id, Jumat (22/3). 


Adapun, para pembuat kebijakan di the Federal Open Market Committee (FOMC) memperkirakan mereka akan menurunkan suku bunga menjadi 4,6% pada akhir tahun 2024. Dengan begitu, Panji mengatakan bahwa harga Bitcoin (BTC) berpotensi akan berfluktuasi menjelang adanya Bitcoin halving yang saat ini kurang dari 30 hari. 

Baca Juga: Sikap Dovish The Fed Bawa Bitcoin Kembali Menuju All Time High

Menurut dia, momentum bullish pada Bitcoin belum berakhir, koreksi beberapa hari terakhir merupakan hal wajar yang terjadi pasca BTC mencetak harga tertinggi baru di level US$ 72.625. 

“Maka demikian, ini dapat menjadi kesempatan untuk buy the dip jika BTC mengalami penurunan ke area support,” kata dia. 

Sementara saat ini, Panji bilang, area support terdekat berada di US$ 64.000 dan support selanjutnya di sekitar US$ 60.000 - US$ 61.000. Adapun, area resistance berada di sekitar US$ 69.000 dan selanjutnya di US$ 73.000.

Selain itu dia mengatakan bahwa momentum halving juga memiliki korelasi positif dengan pergerakan harga Bitcoin, melihat yang terjadi ketika di halving sebelumnya pada tahun 2012, 2016, dan 2020, di mana BTC selalu ditutup dengan positif di akhir tahun ketika adanya peristiwa Bitcoin Halving.

“Untuk itu, hingga akhir tahun, besar kemungkinan Bitcoin dapat kembali mencetak harga tertinggi baru didukung dengan sentimen makroekonomi dari The Fed yang akan menurunkan suku bunga dan diikuti sentimen pasar positif pasca halving,” imbuhnya. 

Tak hanya itu, dorongan transaksi ETF Bitcoin spot juga menjadi salah satu modal kuat untuk Bitcoin dapat melanjutkan reli ke depannya. 

Namun, dalam menghadapi keragaman sentimen pasar, Panji menyarankan kepada para investor untuk tetap berhati-hati, melakukan riset mandiri, dan mengikuti perkembangan pasar dengan cermat sesuai dengan profil risiko masing-masing, guna mengambil keputusan investasi yang tepat. 

Selaras dengan hal ini, Chief Executive Officer Triv Gabriel Rey De Leroy mengatakan, terjadinya koreksi pada harga Bitcoin sebelum halving merupakan hal yang sangat wajar. Pasalnya secara historis, selalu ada koreksi antara 15% - 20% pada BTC sebelum terjadinya peristiwa tersebut. 

Baca Juga: Transaksi dan Investor Kripto Bulan Februari Meningkat, Terangkat Reli Bitcoin

Gabriel menjelaskan, terjadinya rebound atau naiknya kembali harga BTC karena Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed baru-baru ini memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga sehingga membuat market bullish dan menciptakan gelombang optimisme di pasar kripto. 

“Saat ini, kenaikan harga aset kripto cukup signifikan terutama bagi Bitcoin dan Ethereum (ETH). Jadi saya melihatnya sentimen-sentimen Bitcoin halving dan ETF masih terus bertambah, sehingga katalis untuk Bitcoin tumbuh masih sangat banyak,” kata Gabriel kepada Kontan.co.id, Jumat (22/3). 

Oleh sebab itu, menurut dia, kondisi pasar saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mempertimbangkan strategi investasi seperti Dollar Cost Averaging (DCA). Dengan strategi tersebut, investor bisa mengumpulkan BTC atau ETH dengan harga yang lebih terjangkau, sebelum pasar bergerak naik lebih cepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi