JAKARTA. Indonesia diperkirakan menerima 'bonus demografi' hingga tahun 2025. Pada periode ini, jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya, sehingga diharapkan bisa jadi motor ekonomi. Tapi, ironisnya, jika pemerintah tak siap, keuntungan ini pun bisa berbalik menjadi senjata makan tuan. Bonus demografi adalah keuntungan yang diperoleh ketika jumlah penduduk usia produktif, yakni 15 tahun–64 tahun, sangat besar. Sementara usia muda atau di bawah 14 tahun plus usia lanjut yang di atas 65 tahun belum banyak. Dengan begitu, angka ketergantungan, yang menggambarkan perbandingan usia produktif dan usia nonproduktif, merosot. “Sejak tahun 2005–2025 kita menerima bonus demografi,” kata Wendy Hartanto, Direktur Statistik Kependudukan dan Tenaga Kerja Biro Pusat Statistik (BPS), kepada KONTAN, kemarin (22/6).
Usia produktif bertambah: bak pisau bermata dua
JAKARTA. Indonesia diperkirakan menerima 'bonus demografi' hingga tahun 2025. Pada periode ini, jumlah penduduk usia produktif akan mencapai puncaknya, sehingga diharapkan bisa jadi motor ekonomi. Tapi, ironisnya, jika pemerintah tak siap, keuntungan ini pun bisa berbalik menjadi senjata makan tuan. Bonus demografi adalah keuntungan yang diperoleh ketika jumlah penduduk usia produktif, yakni 15 tahun–64 tahun, sangat besar. Sementara usia muda atau di bawah 14 tahun plus usia lanjut yang di atas 65 tahun belum banyak. Dengan begitu, angka ketergantungan, yang menggambarkan perbandingan usia produktif dan usia nonproduktif, merosot. “Sejak tahun 2005–2025 kita menerima bonus demografi,” kata Wendy Hartanto, Direktur Statistik Kependudukan dan Tenaga Kerja Biro Pusat Statistik (BPS), kepada KONTAN, kemarin (22/6).