JAKARTA. Penasihat Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Daud Husni Bastari mengungkapkan, sesungguhnya upaya Kementan untuk memasukkan karet industri pengolahan karet kering atau crumb rubber dalam DNI sudah sejak dua tahun silam. Sayangnya, hingga kini Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) belum juga meregulasi hal itu.“Kita tetap akan terus perjuangkan sampai diterima usulan. Kalau ada investasi asing yang tertarik lebih baik masuk ke industri hilir, yakni pembuatan ban, industri sarung tangan, kondom dan sebagainya," kata Daud. Menurutnya, harus ada regulasi yang mengikat dari pemerintah pusat, dalam hal ini BKPM.Sebelumnya, Kementerian Pertanian mengusulkan agar industri pengolahan karet kering atau crumb rubber masuk dalam daftar negatif investasi (DNI) atau tertutup buat asing. Dewan Karet Indonesia pun mendukung usulan ini. Dengan diusulkannya industri pengolahan karet kering masuk ke dalam DNI, ia mengharapkan kemampuan produksi industri hilir bisa maksimal. Berdasarkan data yang diolah oleh Kementan, produksi karet nasional terus merosot sejak tahun 2007, meskipun luasan areal tanam karet makin membesar. Tapi, sebelumnya, Kementan memproyeksikan produksi karet tahun ini akan meningkat sedikit dibanding tahun lalu, menjadi 2,59 juta ton. Produksi tahun 2009 lalu 2,44 juta ton. Produktivitas lahan pun meningkat menjadi 935 kg per hektare, naik dari tahun lalu yang hanya 901 kg per hektare. Crumb rubber merupakan hasil olahan karet yang digunakan sebagai bahan dasar ban kendaraan bermotor. Lebih dari 90% produksi karet Indonesia digunakan untuk memproduksi ban kendaraan bermotor.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Usulan Crumb Rubber Masuk DNI Mentah di BKPM
JAKARTA. Penasihat Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Daud Husni Bastari mengungkapkan, sesungguhnya upaya Kementan untuk memasukkan karet industri pengolahan karet kering atau crumb rubber dalam DNI sudah sejak dua tahun silam. Sayangnya, hingga kini Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) belum juga meregulasi hal itu.“Kita tetap akan terus perjuangkan sampai diterima usulan. Kalau ada investasi asing yang tertarik lebih baik masuk ke industri hilir, yakni pembuatan ban, industri sarung tangan, kondom dan sebagainya," kata Daud. Menurutnya, harus ada regulasi yang mengikat dari pemerintah pusat, dalam hal ini BKPM.Sebelumnya, Kementerian Pertanian mengusulkan agar industri pengolahan karet kering atau crumb rubber masuk dalam daftar negatif investasi (DNI) atau tertutup buat asing. Dewan Karet Indonesia pun mendukung usulan ini. Dengan diusulkannya industri pengolahan karet kering masuk ke dalam DNI, ia mengharapkan kemampuan produksi industri hilir bisa maksimal. Berdasarkan data yang diolah oleh Kementan, produksi karet nasional terus merosot sejak tahun 2007, meskipun luasan areal tanam karet makin membesar. Tapi, sebelumnya, Kementan memproyeksikan produksi karet tahun ini akan meningkat sedikit dibanding tahun lalu, menjadi 2,59 juta ton. Produksi tahun 2009 lalu 2,44 juta ton. Produktivitas lahan pun meningkat menjadi 935 kg per hektare, naik dari tahun lalu yang hanya 901 kg per hektare. Crumb rubber merupakan hasil olahan karet yang digunakan sebagai bahan dasar ban kendaraan bermotor. Lebih dari 90% produksi karet Indonesia digunakan untuk memproduksi ban kendaraan bermotor.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News