JAKARTA. Rencana PT Garuda Indonesia mendatangkan pesawat baru semakin mulus. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagai pemegang saham terbesar Garuda, sudah meneken kesepakatan dengan European Credit Agency (ECA).Lembaga pemberi kredit ini sepakat membantu pendanaan pembelian empat pesawat Airbus untuk Garuda. Pesawat ini adalah bagian dari rencana pengadaan 18 pesawat Garuda pada 2009. Dengan begitu, tahun ini, Garuda bisa memiliki 67 pesawat.Selain Airbus, maskapai milik negara ini juga akan mendatangkan 14 pesawat jenis Boeing 737-800. "Pembiayaan yang besar-besar itu melalui ECA," kata Sofyan Djalil, Menteri Negara BUMN saat menjelaskan hasil kunjungannya ke Prancis, Senin (22/6). Sayangnya, Sofyan tidak merinci jumlah dana yang disiapkan ECA. Selain dari ECA, duit pembelian pesawat juga dari kas perusahaan. Tahun ini, Garuda menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar US$ 100 juta atau Rp 1,37 triliun (kurs Rp 10.375/US$). Utang diperpanjang Kabar baik tak hanya datang dari rencana pengadaan pesawat. Menurut Sofyan, bulan depan, Komisi Keselamatan Penerbangan Eropa juga akan mencabut larangan terbang Garuda ke Eropa. Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika ini berharap, "Pembukaan kembali jalur penerbangan ke Eropa akan membuat kinerja Garuda lebih baik." Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda juga membenarkan perkembangan ini. Kata Hassan, bulan depan Komisi Eropa akan memutuskan nasib larangan terbang bagi empat maskapai Indonesia. Selain Garuda, tiga maskapai lain yang tak boleh terbang ke benua itu adalah Mandala Airlines, Airfast Indonesia, dan Prime Air. Nah, dari 67 syarat keselamatan terbang, empat maskapai itu telah memenuhi 62 syarat.Adapun, tujuh syarat lainnya masih dalam tahap klarifikasi. "Tapi Uni Eropa mengapresiasi upaya Indonesia," jelas Hassan. Salah satu persyaratan yang belum terpenuhi adalah kewajiban pesawat Indonesia memiliki Global Positioning System (GPS) untuk mendeteksi lokasi parkir di landasan udara. Sebab, dengan harga US$ 120.000, banyak pesawat kita belum dilengkapi alat ini.Dewi Fortuna yang berpihak pada Garuda ternyata belum berhenti di situ. Menurut Sofyan, selain mendanai pesawat, ECA juga bersedia memperpanjang restrukturisasi utang Garuda hingga 2015. "Tapi kesepakatan lama kita selesaikan dulu," ujarnya.Rencananya, Garuda mulai mencicil lagi utangnya pada Juli nanti. Restrukturisasi utang ini dilakukan lantaran Garuda gagal membayar utang pembelian pesawat yang dulu juga difasilitasi ECA. Hingga akhir 2008, utang Garuda ke ECA mencapai US$ 450 juta. Jumlah ini sudah termasuk utang kepada pemegang surat utang FRN Singapura. Selain pada ECA, maskapai penerbangan terbesar di Indonesia ini juga memiliki utang kepada Bank Mandiri dalam bentuk obligasi konversi (mandatory convertible bond) berdenominasi rupiah senilai US$ 209 juta.
Usung Airbus, Garuda Indonesia Rangkul ECA
JAKARTA. Rencana PT Garuda Indonesia mendatangkan pesawat baru semakin mulus. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagai pemegang saham terbesar Garuda, sudah meneken kesepakatan dengan European Credit Agency (ECA).Lembaga pemberi kredit ini sepakat membantu pendanaan pembelian empat pesawat Airbus untuk Garuda. Pesawat ini adalah bagian dari rencana pengadaan 18 pesawat Garuda pada 2009. Dengan begitu, tahun ini, Garuda bisa memiliki 67 pesawat.Selain Airbus, maskapai milik negara ini juga akan mendatangkan 14 pesawat jenis Boeing 737-800. "Pembiayaan yang besar-besar itu melalui ECA," kata Sofyan Djalil, Menteri Negara BUMN saat menjelaskan hasil kunjungannya ke Prancis, Senin (22/6). Sayangnya, Sofyan tidak merinci jumlah dana yang disiapkan ECA. Selain dari ECA, duit pembelian pesawat juga dari kas perusahaan. Tahun ini, Garuda menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar US$ 100 juta atau Rp 1,37 triliun (kurs Rp 10.375/US$). Utang diperpanjang Kabar baik tak hanya datang dari rencana pengadaan pesawat. Menurut Sofyan, bulan depan, Komisi Keselamatan Penerbangan Eropa juga akan mencabut larangan terbang Garuda ke Eropa. Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika ini berharap, "Pembukaan kembali jalur penerbangan ke Eropa akan membuat kinerja Garuda lebih baik." Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda juga membenarkan perkembangan ini. Kata Hassan, bulan depan Komisi Eropa akan memutuskan nasib larangan terbang bagi empat maskapai Indonesia. Selain Garuda, tiga maskapai lain yang tak boleh terbang ke benua itu adalah Mandala Airlines, Airfast Indonesia, dan Prime Air. Nah, dari 67 syarat keselamatan terbang, empat maskapai itu telah memenuhi 62 syarat.Adapun, tujuh syarat lainnya masih dalam tahap klarifikasi. "Tapi Uni Eropa mengapresiasi upaya Indonesia," jelas Hassan. Salah satu persyaratan yang belum terpenuhi adalah kewajiban pesawat Indonesia memiliki Global Positioning System (GPS) untuk mendeteksi lokasi parkir di landasan udara. Sebab, dengan harga US$ 120.000, banyak pesawat kita belum dilengkapi alat ini.Dewi Fortuna yang berpihak pada Garuda ternyata belum berhenti di situ. Menurut Sofyan, selain mendanai pesawat, ECA juga bersedia memperpanjang restrukturisasi utang Garuda hingga 2015. "Tapi kesepakatan lama kita selesaikan dulu," ujarnya.Rencananya, Garuda mulai mencicil lagi utangnya pada Juli nanti. Restrukturisasi utang ini dilakukan lantaran Garuda gagal membayar utang pembelian pesawat yang dulu juga difasilitasi ECA. Hingga akhir 2008, utang Garuda ke ECA mencapai US$ 450 juta. Jumlah ini sudah termasuk utang kepada pemegang surat utang FRN Singapura. Selain pada ECA, maskapai penerbangan terbesar di Indonesia ini juga memiliki utang kepada Bank Mandiri dalam bentuk obligasi konversi (mandatory convertible bond) berdenominasi rupiah senilai US$ 209 juta.