KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi keuangan 4 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya makin bobrok akibat pandemi virus corona. Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo membeberkan masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan pelat merah itu. Kartika yang akrab dengan sapaan Tiko itu menjelaskan, ada dua hal yang menyebabkan kondisi keuangan BUMN Karya tertekan antara lain sulitnya mendapat kontrak baru maupun penjualan dan penugasan yang sangat berat. Hal ini seiring dengan dampak dari pandemi virus corona. Kata Tiko, keuangan BUMN Karya makin terbebani akibat sepanjang 2017-2019 hampir tidak ada penyertaan modal negara (PMN) yang diberikan pemerintah ke BUMN Karya yang mengerjakan proyek strategis nasional (PSN). Dus, masalah ini tercermin pada beberapa BUMN Karya.
Pertama, PT Perumnas kondisinya mengalami penurunan pendapatan yang signifikan sebesar 27,25% di tahun lalu. Hal ini disebabkan melambatnya penjualan rumah untuk masyarakat berpendapatan rendah (MBR). Baca Juga: Daftar BUMN/lembaga yang memperoleh suntikan dana pemerintah Rp 75,94 triliun di 2020 Alhasil, invetori rumah Perumnas menjadi besar, yang mengakibatkan rasio utang terhadap ekuitas meningkat tajam. Perumnas tercatat memiliki utang sebesar Rp 4,62 triliun yang saat ini sedang dilakukan restrukturisasi. "Namun untuk memastikan bahwa ke depan neraca maupun kekuatan likuiditasnya memadai, kami menginginkan adanya tambahan PMN untuk memastikan bahwa penugasan perumnas untuk membangun rumah bagi MBR bisa berkelanjutan," kata Tiko saat Rapat Kerja bersama dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (8/7).