BEIJING. Amerika Serikat (AS) hampir pasti lolos default (gagal bayar) setelah DPR menyetujui kesepakatan peningkatan batas utang pemerintah Federal, kemarin. Meski begitu, para kreditor AS menilai, utang AS yang menggunung dan dollar yang terlalu dominan masih tetap mengancam ekonomi global. Salah satu kreditor terbesar yang khawatir dengan kemampuan AS dalam membayar utang adalah China. Surat kabar utama di China, People's Daily, mengatakan, kredibilitas obligasi pemerintah AS sudah hancur sejak krisis sub-prime mortgage. Namun, negara lain masih belum menemukan cara untuk melepaskan ketergantungan pada dollar. "Meski kepercayaan pada utang AS turun dan lembaga rating akan menurunkan rating AS, kredibilitas dasar tidak berubah. Dollar tetap menjadi mata uang yang kuat," kata surat kabar itu. Zhu Baoliang, Kepala Ekonom di lembaga pemerintah State Information Centre, mengatakan, pengurangan belanja AS sebesar US$ 1 triliun selama 10 tahun ke depan tidak cukup untuk mencegah krisis utang di masa yang akan datang. "Gagal bayar AS tidak akan berdampak langsung terhadap China. Tapi, dampaknya akan terlihat pada jangka panjang," katanya, seperti dikutip China Daily.
Utang AS masih ancam ekonomi global
BEIJING. Amerika Serikat (AS) hampir pasti lolos default (gagal bayar) setelah DPR menyetujui kesepakatan peningkatan batas utang pemerintah Federal, kemarin. Meski begitu, para kreditor AS menilai, utang AS yang menggunung dan dollar yang terlalu dominan masih tetap mengancam ekonomi global. Salah satu kreditor terbesar yang khawatir dengan kemampuan AS dalam membayar utang adalah China. Surat kabar utama di China, People's Daily, mengatakan, kredibilitas obligasi pemerintah AS sudah hancur sejak krisis sub-prime mortgage. Namun, negara lain masih belum menemukan cara untuk melepaskan ketergantungan pada dollar. "Meski kepercayaan pada utang AS turun dan lembaga rating akan menurunkan rating AS, kredibilitas dasar tidak berubah. Dollar tetap menjadi mata uang yang kuat," kata surat kabar itu. Zhu Baoliang, Kepala Ekonom di lembaga pemerintah State Information Centre, mengatakan, pengurangan belanja AS sebesar US$ 1 triliun selama 10 tahun ke depan tidak cukup untuk mencegah krisis utang di masa yang akan datang. "Gagal bayar AS tidak akan berdampak langsung terhadap China. Tapi, dampaknya akan terlihat pada jangka panjang," katanya, seperti dikutip China Daily.