Utang BUMN Karya Berdampak pada Harga Saham, Cermati Rekomendasi Analis



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Sejumlah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya masih terlilit utang dan tengah berupaya untuk melakukan restrukturisasi utang. Hal tersebut dinilai berdampak negatif pada kinerja saham emiten BUMN Karya.

Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani, mengatakan, kondisi saham emiten BUMN Karya yang kurang perform tersebut dikarenakan sentimen negatif terkait kegagalan bayar beberapa emiten.

“Sebagai contoh, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) yang berada dalam downtrend sejak awal tahun ini,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (18/7).


Arjun menuturkan, PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) mengalami masalah kegagalan bayar utang obligasi sejak tahun 2020.

Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) Raup Kontrak Baru Rp 7,82 Triliun Hingga Juni 2023

“Hal itu membuat harga saham WSBP turun terus sejak 2021 dan kini telah mencapai Rp 50 per saham. Tahun ini pun masih belum sanggup rebound dari harga tersebut,” paparnya.

Lalu, meskipun bukan kegagalan bayar utang obligasi, WIKA saat ini tengah mengalami masalah penundaan pembayaran utang ke bank.

“Masalah keuangan BUMN Karya akhirnya memberikan dampak secara langsung ke harga saham mereka yang juga masih negatif kinerjanya,” tuturnya.

 
WSKT Chart by TradingView

Oleh karena itu, Arjun belum memberikan rekomendasi untuk saham BUMN Karya saat ini. Sebab, sentimen yang mempengaruhi kinerja saham emiten BUMN Karya masih didominasi sentimen negatif.

“Raihan nilai proyek baru para emiten BUMN Karya di semester I 2023 juga belum tentu bisa mengubah situasi keuangan para emiten,” paparnya.

Baca Juga: Strategi Waskita Karya (WSKT) Restrukturisasi Utang dan Tingkatkan Kinerja

Arjun pun menyarankan agar para emiten BUMN Karya bisa melakukan manajemen risiko yang lebih baik agar restrukturisasi utang berjalan lancar dan kinerja keuangan perusahaan meningkat.

“Mereka bisa lebih memilih proyek yang lebih cepat dalam menghasilkan kas. Selain itu, emiten juga perlu mengurangi beban utangnya,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli