JAKARTA. Pemerintah akhirnya menyetujui pencairan sisa pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar US$ 929 juta untuk membangun sistem kelistrikan kabel bawah laut yang menghubungkan Sumatra-Jawa. Sebelumnya, pemerintah baru menyetujui pinjaman dari JICA sebesar US$ 1,19 miliar Perlu diketahui, investasi untuk membangun kabel bawah laut tersebut menggunakan teknologi tegangan tinggi 500 kilo volt dengan arus searah atau High Voltage Direct Current (HVDC) alias aliran listrik hanya dari Sumatra ke Jawa. Total pinjaman untuk investasi dari proyek tersebut mencapai US$ 2,13 miliar. Adapun jangka waktu 30 tahun, masa tenggang atawa graceperiod 10 tahun dengan bunga 0,3% per tahun. Proyek ini rencananya akan jalan tahun depan, sehingga bisa beroperasi tahun 2018. Saat ini PLN telah menggelar tender prakualifikasi proyek HVDC Sumatra–Jawa. Ada lima perusahaan yang lolos kualifikasi, yakni Siemens (Jerman), Hitachi (Jepang), Toshiba (Jepang), konsorsium ABB (Swiss)-Marubeni (Jepang), dan konsorsium Alstom (Prancis) yang menggandeng PT Wijaya Karya.
Utang cair, proyek kabel laut segera berjalan
JAKARTA. Pemerintah akhirnya menyetujui pencairan sisa pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar US$ 929 juta untuk membangun sistem kelistrikan kabel bawah laut yang menghubungkan Sumatra-Jawa. Sebelumnya, pemerintah baru menyetujui pinjaman dari JICA sebesar US$ 1,19 miliar Perlu diketahui, investasi untuk membangun kabel bawah laut tersebut menggunakan teknologi tegangan tinggi 500 kilo volt dengan arus searah atau High Voltage Direct Current (HVDC) alias aliran listrik hanya dari Sumatra ke Jawa. Total pinjaman untuk investasi dari proyek tersebut mencapai US$ 2,13 miliar. Adapun jangka waktu 30 tahun, masa tenggang atawa graceperiod 10 tahun dengan bunga 0,3% per tahun. Proyek ini rencananya akan jalan tahun depan, sehingga bisa beroperasi tahun 2018. Saat ini PLN telah menggelar tender prakualifikasi proyek HVDC Sumatra–Jawa. Ada lima perusahaan yang lolos kualifikasi, yakni Siemens (Jerman), Hitachi (Jepang), Toshiba (Jepang), konsorsium ABB (Swiss)-Marubeni (Jepang), dan konsorsium Alstom (Prancis) yang menggandeng PT Wijaya Karya.