Utang dan koreksi harga batubara menekan BORN



JAKARta. Kinerja keuangan PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN) merosot selama kuartal pertama tahun ini. Selain koreksi harga batubara, kinerja BORN ikut tertekan beban bunga pinjaman Standard Chartered Bank (Stanchart).

Pengaruh beban bunga kredit sudah tampak sejak kuartal I-2012. Direktur Keuangan BORN, Eva Novita Tarigan, mengatakan, laba bersih perseroan selama tiga bulan pertama tahun ini hanya US$ 12 juta, atau Rp 108 miliar (1 USD = Rp 9.000).

Di kuartal I-2011, BORN berhasil mencetak laba bersih hingga Rp 425,9 miliar. "Kami terkena dampak bunga pinjaman Stanchart. Selain itu, harga jual batubara juga menurun," ujar Eva, Jumat (1/6).


Harga jual rata-rata coking coal BORN sepanjang tahun lalu sekitar US$ 238 per ton. Sedang per Maret tahun ini, harga jual rata-rata batubara tersebut merosot 20,17% menjadi hanya US$ 190 per ton. Sementara volume penjualan yang berhasil dibukukan BORN selama Maret 2012 sebanyak 640.000 ton.

Eva tidak memungkiri, pinjaman dari Stanchart mempengaruhi neraca perseroan. Seperti diketahui, BORN menarik pinjaman sindikasi dari sejumlah kreditur yang dipimpin oleh Stanchart senilai US$ 1 miliar.

BORN menggunakan dana itu untuk mengakuisisi 23,8% saham Bumi Plc. milik PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan Long Haul Holdings Ltd. Pinjaman tersebut memiliki tenor lima tahun dengan bunga yang dibebankan sebesar 5,65% plus LIBOR.

Tekanan bunga pinjaman terhadap kondisi keuangan BORN kemudian diperparah dengan harga jual batubara. Sepanjang tahun ini, harga jual rata-rata batubara BORN diperkirakan tidak setinggi harga tahun lalu.

Namun, Eva berharap hal itu bisa terkompensasi dari meningkatnya volume penjualan batubara perseroan. Tahun ini, BORN menargetkan bisa memproduksi dan menjual sekitar 4,5 juta ton batubara. Volume tersebut meningkat 50% dari realisasi tahun lalu yang hanya 3 juta ton.

Memperluas pasar ekspor

Manajemen BORN memperkirakan volume penjualan batubara di kuartal kedua tahun ini akan mencapai 900.000 ton. Adapun harga rata-ratanya lebih rendah ketimbang harga di kuartal pertama 2012, yaitu berkisar US$ 185 hingga US$ 188 per ton.

Kendati demikian, pengelola BORN memperkirakan harga batubara di kuartal ketiga dan kuartal keempat, akan membaik. Direktur BORN, Kenneth Raymond Allan, memperkirakan, harga jual rata-rata batubara BORN di sepanjang tahun ini berkisar US$ 210 hingga US$ 220 per ton.

Jadi, pendapatan hasil penjualan batubara selama 2012 diperkirakan berkisar US$ 945 juta-US$ 990 juta, atau Rp 8,5 triliun-Rp 8,9 triliun. "Kami optimistis penjualan mencapai target karena batubara kami pasti diserap Noble Group, agen penjual kami," ungkap Kenneth.

Direktur Utama BORN, Alexander Ramlie, menambahkan, perseroan tahun ini akan melakukan diversifikasi target pasar batubara. Selama ini, mayoritas penjualan atau setara 56% batubara BORN dijual ke China. "Tahun ini kami akan menurunkan menjadi di bawah 50% dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi China yang melambat tahun ini," tutur Alexander.

BORN akan memperluas target pasar ke Jepang, Korea Selatan, dan Eropa. Harga BORN pada penutupan perdagangan Jumat (1/6), merosot 3,08% menjadi Rp 630 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can