Utang dollar dan isu distribusi membuat Eagle High Plantation (BWPT) merugi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kerugian periode berjalan kuartal III 2018 sebesar Rp 281,93 miliar yang dialami emiten sawit PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) disebabkan oleh penurunan harga minyak kelapa sawit yang tajam pada periode tersebut.

Tak hanya itu, utang emiten dalam valuta dollar dan keterlambatan pengiriman produk juga ikut berkontribusi pada laporan rugi tersebut.

Hingga kuartal ketiga ini, BWPT berhasil membukukan peningkatan produksi TBS sebesar 1,295 juta ton atau meningkat 32% dibanding produksi pada periode yang sama tahun lalu. Sedangkan produksi CPO sebesar 277 ribu ton atau meningkat sebesar 26% dibanding tahun lalu.


Henderi Djunaidi, Chief Financial Officer BWPT menyatakan, walau volume produksi Tandan Buah Segar dan minyak kelapa sawit (CPO) mengalami kenaikan signifikan, namun emiten belum dapat mencatatkan kenaikan pendapatan yang optimal. 

"Hal ini disebabkan penurunan harga cukup tajam di kuartal ketiga ini, dibandingkan harga di kuartal kedua lalu. Selain itu, pendapatan yang belum optimal ini juga disebabkan adanya penundaan pengiriman penjualan CPO," jelasnya, dalam keterangan resmi, Selasa (30/10).

Memang, pendapatan BWPT pada kuartal III 2018 naik moderat 5,67% menjadi Rp 2,36 triliun dari periode sama tahun lalu di Rp 2,24 triliun.

Tak hanya itu, kondisi melemahnya rupiah juga terhadap dolar Amerika Serikat sejak awal tahun hingga akhir September 2018 ini. Akibatnya BWPT mencatatkan rugi kurs sebesar Rp 165 miliar. Padahal hingga 20% dari utang emiten berdenominasi dolar AS.

“Diharapkan periode ke depan harga CPO dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bisa membaik dan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan Perseroan seiiring dengan tren kenaikan volume produksi TBS dan CPO ini,” pungkas Henderi. Ia juga berharap, pengiriman bisa kembali lancar pada kuartal keempat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Narita Indrastiti