Utang jangka pendek jatuh tempo, Garuda (GIAA) minta relaksasi ke kreditur



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pandemi corona (Covid-19)  benar-benar melilit PT Garuda Indonesia Tbk(GIAA). Itulah sebabnya, perusahaan penerbangan pelat merah ini membutuhkan relaksasi keuangan.

 Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk(GIAA) Irfan Setiaputra,  dalam rapat dengar pendapat secara virtual bersama Komisi VI DPR, Rabu (29/4), mengatakan Juni ini akan ada utang jatuh tempo sekitar US$ 500 juta. Dengan kurs Rp 15.500, utang tersebut, setara Rp 7,75 triliun. “Untuk itu,  sehingga kami butuh bantuan keuangan relaksasi dari perbankan,” kata Irfan.

Menurut Irfan, persoalan di Garuda akan membawa efek domino. Jika Garuda bersamalah maka GMF AeroAsia, Aerofood ACS, Aerotran akan terkena efeknya.” Ini magnitude total hampir 25 ribu karyawan sehingga kami harus pastikan Garuda Indonesia tetap berlangsung, jadi kami tunda pembayaran kepada pihak ketiga," ujar Irfan.


Baca Juga: Garuda Indonesia (GIAA) mengaku terpuruk akibat layanan umrah dihentikan

Jika mengacu laporan keuangan per 30 September 2019, Garuda (GIAA) memiliki total kewajiban jangka pendek dalam kurun setahun sebesar US$ 2,45 miliar. Jumlah itu naik 24,35% dibandingkan posisi 31 Desember 2018.

Sebagian besar kewajiban yang akan jatuh tempo adalah pinjaman jangka pendek sebesar US$ 850,29 juta. Ada pula utang obligasi senilai US$ 528,19 juta.

Pinjaman itu antara lain berasal dari PT Bank BNI Tbk (BBNI) senilai US$ 100 juta atau Rp 1,4 triliun. Ini adalah fasilitas kredit untuk pembelian bahan bakar pesawat dari Pertamina yang jatuh tempo pada 19 April 2020.

Pinjaman lainnya dari PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN)  dengan saldo pinjaman US$ 125 juta dan jatuh tempo 24 Februari 2020.

Kemudian fasilitas pinjaman tanpa jaminan dari PT Bank Permata Tbk (BNLI) dengan saldo pinjaman US$ 51,6 juta. Fasilitas ini mengalami perpanjangan sementara selama tiga bulan hingga 1 April 2020.

Baca Juga: Terpapar corona, Garuda (GIAA) nego biaya sewa pesawat & minta restrukturisasi utang

Lalu ada pinjaman dari Bank HSBC ada fasilitas kredit dengan saldo US$ 13,95 juta yang jatuh tempo 30 Juni 2020.

Kemudian, Garuda juga memiliki utang ke PT Maybank Indonesia Tbk (BNII) ada saldo pinjaman US$ 12,28 juta yang jatuh tempo 8 Juni 2020.

Ada juga utang  kepada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), terdapat fasilitas kredit dengan saldo pinjaman Rp 27 miliar atau US$ 1,90 juta yang jatuh tempo 17 Juni 2020.

Utang jatuh tempo paling besar berasal dari penerbitan Trust Certificates atau Garuda Indonesia Global Sukuk senilai US$ 500 juta. Obligasi itu terbit pada 3 Juni 2015 dan jatuh tempo pada 3 Juni 2020.

Jika ditotal, bulan April, GIAA memiliki utang jatuh tempo sebesar US$ 152,28 juta yang jatuh tempo April ini ke BBNI dan BNLI. 

Adapun di bulan Juni, Garuda juga harus membayar utang jatuh tempo lebih dari US$ 500 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Titis Nurdiana