JAKARTA. Tingginya utang jatuh tempo baik pemerintah maupun swasta di bulan September dikhawatirkan bakal membuat rupiah kian tertekan. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, pada September biasanya permintaan dolar Amerika Serikat (AS) melejit, seperti bulan Maret dan Desember. Hanya saja, menurut Lana, pelambatan ekonomi akan membuat perusahaan mencari cara melakukan restrukturisasi utang dibandingkan membayar utang jatuh tempo. "Mungkin bunga tetap bayar tapi pokoknya bisa dimundurkan," katanya, Senin (24/8). Di September, rupiah lebih tertekan kondisi eksternal seperti kenaikan suku bunga AS dan kondisi ekonomi China, dibanding kondisi internal. Alhasil rupiah akan lebih lama di level Rp 13.800-Rp 14.000 per dolar AS.
Utang jatuh tempo bisa tambah tekan rupiah
JAKARTA. Tingginya utang jatuh tempo baik pemerintah maupun swasta di bulan September dikhawatirkan bakal membuat rupiah kian tertekan. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, pada September biasanya permintaan dolar Amerika Serikat (AS) melejit, seperti bulan Maret dan Desember. Hanya saja, menurut Lana, pelambatan ekonomi akan membuat perusahaan mencari cara melakukan restrukturisasi utang dibandingkan membayar utang jatuh tempo. "Mungkin bunga tetap bayar tapi pokoknya bisa dimundurkan," katanya, Senin (24/8). Di September, rupiah lebih tertekan kondisi eksternal seperti kenaikan suku bunga AS dan kondisi ekonomi China, dibanding kondisi internal. Alhasil rupiah akan lebih lama di level Rp 13.800-Rp 14.000 per dolar AS.