Utang LN RI naik 2,9% terdorong utang pemerintah



JAKARTA. Utang luar negeri (ULN) Indonesia makin besar. Bank Indonesia mencatat ULN Indonesia sampai akhir kuartal I-2017 mencapai sebesar US$ 326,3 miliar. Jumlah ULN tumbuh 2,9% dari periode sama tahun lalu atau year on year (YoY) dan naik 2,92% dari kuartal sebelumnya.

Walau begitu BI menilai tingkat kesehatan ULN cukup baik, bahkan rasio pembayaran utang atau debt service ratio (DSR) secara tahunan turun menjadi 19,50% dari kuartal sebelumnya 20,57%.

Penambahan ULN dalam tiga bulan pertama tahun ini sebagian besar berasal dari pemerintah dan bank sentral.Utang pemerintah naik 2,6% menjadi US$ 162,37 miliar dan utang BI tumbuh 3,82% menjadi US$ 4,08 miliar. Sedangkan utang swasta naik tipis 0,69% menjadi US$ 159,89 miliar.


Kenaikan utang pemerintah terbesar berasal dari penerbitan surat berharga negara (SBN) international. Per akhir Maret 2017, total SBN internasional mencapai US$ 53,06 miliar, naik dari Desember 2016 yang hanya US$ 51,3 miliar. Pada periode yang sama, SBN domestik juga membesar dari US$ 51,38 miliar menjadi US$ 54,29 miliar.

Dengan perkembangan tersebut, rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) di akhir kuartal pertama tahun ini tercatat relatif stabil di kisaran 34% dari PDB. Rasio utang terhadap PDB tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kuartal pertama tahun lalu yang sebesar 37% dari PDB.

Sementara itu, berdasarkan jangka waktu, ULN jangka panjang sebesar US$ 282,4 miliar atau tumbuh 1,1% YoY. Pertumbuhan utang jangka panjang sedikit melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 1,5% YoY.

Sedang ULN jangka pendek tercatat sebesar US$ 43,9 miliar atau tumbuh 16,3% YoY. Pertumbuhan tersebut meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 6% YoY. Sejalan dengan peningkatan ULN jangka pendek, rasio utang jangka pendek terhadap cadangan devisa t meningkat menjadi 36,1% dari kuartal sebelumnya sebesar 35,3%.

Menurut sektor ekonomi, posisi ULN swasta terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,5%. "ULN pada triwulan pertama 2017 tetap sehat, namun terus mewaspadai risikonya terhadap perekonomian nasional," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam keterangan resmi, Selasa (16/5).

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menganalisa, kenaikan utang luar negeri ini tak menguntungkan bagi perekonomian Indonesia. Pasalnya, kenaikan utang bukan berasal dari modal kerja, tapi refinancing.

ULN untuk modal kerja di akhir kuartal I-2017 lalu turun 1,14% dibanding posisi akhir kuartal sebelumnya. Sementara ULN refinancing naik 10,54% dibanding akhir kuartal sebelumnya. "Kalau yang naik ULN untuk modal kerja itu bagus. Tetapi kalau untuk refinancing, berarti hanya tambah utang baru untuk bayar utang lama," katanya.

Ke depan, Lana memperkirakan ULN untuk modal kerja masih sulit tumbuh. Penyebabnya, sektor swasta masih menahan ekspansi bisnis akibat kondisi ekonomi domestik dan global yang belum pulih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie