JAKARTA. Utang luar negeri swasta berupa kredit dari induk usaha dan perusahaan afiliasi, mencatat tren naik dalam tiga tahun terakhir. Data Bank Indonesia (BI) yang dirilis pekan ini menunjukkan, sampai dengan akhir Oktober 2010, nilai pinjaman luar negeri swasta dari kredit induk usaha maupun perusahaan terafiliasi porsinya mencapai 36,5% dari total utang luar negeri swasta di Indonesia. Tahun 2007 lalu, porsinya baru mencapai 27,2%. Kepala Biro Humas BI Difi A. Johansyah menuturkan, membesarnya porsi utang swasta dari induk usaha dan afiliasinya menunjukkan indikasi positif. "Di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global, perusahaan induk dan afiliasinya masih beri kepercayaan memberikan kredit memanfaatkan tingginya permintaan domestik," ujarnya dalam surat elektronik yang terima KONTAN. Difi bilang, utang luar negeri yang diperoleh dari perusahaan induk atau afiliasi di sisi lain juga bisa mengurangi magnitude tekanan pembayaran. "Utang dari perusahaan induk atau afiliasi lebih fleksibel dan bisa di-roll over jika dana masih dibutuhkan untuk pengembangan usaha," jelasnya. Bukan hanya itu, kemungkinan penjadwalan ulang alias rescheduling juga terbuka jika si debitur mengalami kesulitan likuiditas. Dalam catatan BI, kebanyakan yang menerima utang dari kreditur induk dan afiliasi adalah perusahaan swasta non bank.
Utang luar negeri dari kreditur induk dan afiliasi terus meningkat
JAKARTA. Utang luar negeri swasta berupa kredit dari induk usaha dan perusahaan afiliasi, mencatat tren naik dalam tiga tahun terakhir. Data Bank Indonesia (BI) yang dirilis pekan ini menunjukkan, sampai dengan akhir Oktober 2010, nilai pinjaman luar negeri swasta dari kredit induk usaha maupun perusahaan terafiliasi porsinya mencapai 36,5% dari total utang luar negeri swasta di Indonesia. Tahun 2007 lalu, porsinya baru mencapai 27,2%. Kepala Biro Humas BI Difi A. Johansyah menuturkan, membesarnya porsi utang swasta dari induk usaha dan afiliasinya menunjukkan indikasi positif. "Di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global, perusahaan induk dan afiliasinya masih beri kepercayaan memberikan kredit memanfaatkan tingginya permintaan domestik," ujarnya dalam surat elektronik yang terima KONTAN. Difi bilang, utang luar negeri yang diperoleh dari perusahaan induk atau afiliasi di sisi lain juga bisa mengurangi magnitude tekanan pembayaran. "Utang dari perusahaan induk atau afiliasi lebih fleksibel dan bisa di-roll over jika dana masih dibutuhkan untuk pengembangan usaha," jelasnya. Bukan hanya itu, kemungkinan penjadwalan ulang alias rescheduling juga terbuka jika si debitur mengalami kesulitan likuiditas. Dalam catatan BI, kebanyakan yang menerima utang dari kreditur induk dan afiliasi adalah perusahaan swasta non bank.