Utang Luar Negeri Indonesia Membesar



JAKARTA. Utang luar negeri Indonesia hingga April 2014 mencatatkan pertumbuhan yang lebih lambat ketimbang bulan sebelumnya. Meski begitu, pemerintah masih perlu mewaspadai laju utang swasta yang terus tumbuh.

Data statistik utang luar negeri Indonesia yang dirilis Bank Indonesia (BI) menyebutkan, pada April 2014, utang luar negeri Indonesia sebesar US$ 276,6 miliar, tumbuh 7,6% dari periode yang sama tahun lalu. Rinciannya, utang luar negeri sektor publik atawa pemerintah US$ 131 miliar dan utang swasta US$ 145,62 miliar.

Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 8,7% (secara tahunan), laju pertumbuhan utang luar negeri Indonesia pada April 2014 melambat. Perlambatan pertumbuhan utang luar negeri ini dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan utang luar negeri pemerintah. Setahun terakhir hingga April 2014 utang luar negeri pemerintah tumbuh 2,2%, lebih rendah daripada bulan sebelumnya yang tumbuh 5,1%.


Tapi, utang luar negeri swasta pada April 2014 tumbuh 13% dari periode yang sama tahun lalu, lebih tinggi dari Maret 2014 yang tumbuh 12,2%. Bila dibanding dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 145,98, utang luar negeri swasta pada April 2014 sejatinya turun tipis.

Ada beberapa sektor swasta yang mengalami penurunan utang paling dalam pada April 2014, yaitu sektor bangunan dari US$ 11,04 miliar pada Maret 2014 menjadi US$ 10,95 miliar. Ada juga sektor pengangkutan dan komunikasi yang turun dari US$ 13,34 miliar pada Maret 2014 menjadi US$ 12,43 miliar di April 2014.

Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs mengatakan, penurunan utang swasta pada April 2014 sejalan dengan perkembangan perlambatan ekonomi dan upaya pengereman laju pertumbuhan kredit yang dilakukan BI. Meski begitu, kata dia laju pertumbuhan utang luar negeri swasta tetap terbilang tinggi. Karenanya, BI terus memonitor perkembangan utang luar negeri swasta ini. "Kami belum sampai pada kesimpulan untuk mengerem utang swasta," jelasnya kepada KONTAN Selasa (17/6).Menurut Peter, tingginya utang luar negeri swasta yang mempengaruhi rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) saat ini menjadi salah satu fokus pengawasan BI. Bila rasio utang swasta sudah mencapai batas sehingga BI perlu mengambil tindakan, maka BI akan bergerak. Sayangnya, Peter enggan merinci berapa batas aman rasio utang swasta terhadap PDB.

Sekedar gambaran, pada kuartal I-2014 rasio utang Indonesia terhadap PDB sekitar 32,35%, naik dari kuartal IV-2013 yang sebesar 30,37%. Sejatinya, untuk meminimalisir risiko yang ditimbulkan dari tingginya utang luar negeri khususnya dari swasta BI telah memiliki instrumen lindung nilai (hedging).

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual bilang, BI perlu melakukan pendalaman instrumen lindung nilai bagi pelaku pasar. Saat ini, kebanyakan instrumen lindung nilai di pasar hanya bertenor tiga bulan. "Kalau hanya tiga bulan cukup riskan. Perlu instrumen hedging lebih dari setahun untuk investor maupun pelaku perdagangan internasional," katanya.

Kepala Ekonom BII Juniman bilang utang luar negeri swasta saat ini sangat perlu diwaspadai. Sebab, "Bila utang luar negeri swasta terus naik, dikhawatirkan akan menjadi ancaman ekonomi bila terjadi risiko gagal bayar. Di sisi lain, tingginya utang luar negeri juga akan menekan defisit transaksi berjalan," jelasnya kepada KONTAN, belum lama ini.  

Menurut Juniman, BI dan pemerintah saat ini harus mulai merumuskan kebijakan untuk membatasi utang luar negeri dari swasta. Bila tidak, Juniman khawatir ke depan akan menimbulkan dampak ke ekonomi yang besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi