Utang luar negeri Indonesia naik 11,9% yoy pada Oktober 2019



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pertumbuhan Utang Luar Negeri (ULN) pada Oktober 2019 meningkat dari bulan sebelumnya. Bank Indonesia (BI) mencatat ULN Indonesia pada bulan tersebut adalah sebesar US$ 400,6 miliar, tumbuh 11,9% yoy atau lebih tinggi dari pertumbuhan bulan September 2019 yang sebesar 10,4% yoy. "Ini terutama dipengaruhi oleh transaksi penarikan neto ULN dan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sehingga utang dalam rupiah tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS," tulis BI dalam rilisnya tentang perkembangan ULN pada Senin (16/2).

Baca Juga: Amerika-China Sepakati Gencatan Perang Dagang premium  Posisi ULN Indonesia tersebut terdiri dari ULN sektor publik atau yang terdiri dari pemerintah dan bank sentral sebesar US$ 202,0 miliar dan ULN sektor swasta termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sebesar US$ 198,6 miliar. Hal ini pun juga menunjukkan bahwa pertumbuhan ULN ini dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan ULN Pemerintah di tengah perlambatan ULN swasta. Secara terperinci, posisi ULN Pemerintah pada akhir Oktober 2019 adalah sebesar US$ 199,2 miliar atau tumbuh 13,6% yoy. Pertumbuhan ULN Pemerintah ini sejalan dengan keyakinan investor asing terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi keuangan domestik yang menarik. Ini juga terlihat dari meningkatnya arus masuk neto asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan penerbitan global bonds pada Oktober 2019.

Baca Juga: Revisi Aturan Impor Baja Tengah diproses premium  Pengelolaan ULN Pemerintah ini diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dengan porsi terbesar ada di sektor produktif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. ULN Pemerintah tersebut untuk membiayai sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial dengan porsi sebesar 19,0% dari total ULN Pemerintah, sektor konstruksi dengan porsi 16,5%, sektor jasa pendidikan dengan porsi 16,1%, sektor administrasi pemerintah pertahanan, dan jaminan sosial wajib dengan porsi 15,3%, serta sektor jasa keuangan dan asuransi dengan porsi 13,4% dari total ULN Pemerintah. Sementara ULN Swasta tercatat tumbuh melambat dari bulan sebelumnya. Pertumbuhannya adalah 10,5% yoy atau turun tipis dari pertumbuhan bulan September 2019 yang sebesar 1-,7% yoy. Perkembangan ini disebabkan oleh pertumbuhan ULN Lembaga Keuangan Bukan Bank (LLKBB) dan Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan (PLK) yang melambat.


Baca Juga: Shortfall Pajak Melebar, Defisit Anggaran Membesar  Bila dilihat secara sektoral, ULN swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan & asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas & udara (LGA), sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan & penggalian. Pangsa ULN dalam empat sektor tersebut adalah sebesar 76,6% dari total ULN Swasta. Melihat kondisi tersebut, BI yakin bahwa struktur ULN Indonesia tetap sehat. Apalagi didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya. Hal ini juga terlihat dari rasio ULN Indonesia terhadap PDB pada Oktober 2019 yang sebesar 35,8% atau membaik bila dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya. Di samping itu, struktur ULN Indonesia juga tercatat tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan kontribusi 88,4% dari total ULN. BI pun akan terus bekerjasama dengan pemerintah untuk menjala struktur ULN tetap sehat. Hal ini dilakukan dengan terus memantau perkembangan ULN dan berhati-hati dalam mengelolanya. 

Baca Juga: Biar Enggak Cuma Belanja Rutin, Penganggaran Belanja Negara di APBN Akan Diubah premium

BI pun akan tetap terus mengoptimalkan ULN dalam menyokong pembiayaan pembangunan dengan meminimalisasi resiko yang bisa memengaruhi stabilitas perekonomian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini