Utang luar negeri naik di kuartal IV-2018, Ekonom Maybank: Likuiditas domestik seret



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) merilis utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan IV-2018 meningkat 6,9% secara tahunan atau menjadi US$ 376,8 miliar. Peningkatan ULN ini dinilai wajar di tengah laju perekonomian yang tumbuh stabil serta iklim investasi di pasar utang global yang kondusif pasca arah kebijakan moneter yang relatif dovish.

"Apalagi di sisi lain kondisi likuiditas domestik yang sebelumnya tumbuh lambat mendapat amunisi lebih besar," jelas Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto saat dihubungi Kontan.co.id, Sabtu (16/2).

Amunisi meningkat seiring kenaikan arus masuk di pasar utang domestik. Kondisi ini terlihat dari meningkatnya posisi ULN pemerintah pada akhir triwulan IV-2018 yang mencapai US$ 183,2 miliar, tumbuh 3,3% secara tahunan. Disebabkan oleh kenaikan arus masuk dana investor asing di pasar utang surat berharga (SBN) domestik. Serta peneribtan SBN valuta asing dalam rangka pre-funding fiskal tahun 2019.


Di sisi lain, ULN swasta tumbuh lebih tinggi dibanding pemerintah. Tercatat ULN swasta pada akhir triwulan IV-2018 meningkat 10,9% secara tahunan atau mencapai US$ 190,6 miliar.

Peningkatan ini juga dinilai masih berada dalam batas kewajaran karena kondisi likuiditas perbankan domestik yang terbatas. Terindikasi dari loan to deposit ratio (LDR) alias total kredit terhadap dana pihak ketiga yang mencapai 92,59%. Ini artinya rasio LDR bank sudah diambang aturan LDR bank yakni 92%.

"Apalagi kategori swasta itu kan bisa saja pihak BUMN," ujar Myrdal.

Seperti yang diketahui, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat ini tengah membutuhkan pendanaan untuk mendukung program pembangunan yang memerlukan biaya besar dan tenor panjang. Kendati demikian, di sisi lain pihak swasta juga membutuhkan pendanaan untuk kebutuhan modal kerja di periode awal tahun.

Per akhir triwulan IV-2018 tercatat rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 36%, dengan ULN jangka panjang 86,3%. Myrdal memprediksi tahun ini rasio masih akan bertambah.

Utamanya dengan prospek suku bunga global yang masih belum tinggi, nilai tukar domestik yang lebih stabil, dan ruang likuiditas perbankan domestik yang terbatas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi