Utang Luar Negeri Pemerintah dan Swasta Turun pada Juni 2024, Ini Penyebabnya



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia mencatat, utang luar negeri (ULN) pemerintah dan swasta turun pada Juni 2024.

Asisten Gubernur Departemen Komunikasi Erwin Haryono menyampaikan, posisi ULN pemerintah pada Mei 2024 tercatat sebesar US$ 191,0 miliar, atau secara tahunan mencatat kontraksi pertumbuhan sebesar 0,8% year on year (yoy), setelah  pada April 2024  terkontraksi sebesar 2,6% (yoy).

Perkembangan ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan aliran masuk modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) internasional dan domestik, seiring dengan sentimen positif kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian Indonesia.


“Posisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,99% dari total ULN pemerintah,” tutur Erwin dalam keterangan tertulisnya, Senin (17/6).

Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Meningkat Pada Mei 2024, Dipengaruhi ULN Bank Sentral

Sementara itu, posisi ULN swasta pada Mei 2024 tercatat US$ 197,6 miliar, atau secara tahunan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,4% yoy, melanjutkan kontraksi pada April 2024 sebesar 2,8% (yoy).

Erwin menyampaikan, perkembangan ULN tersebut terutama bersumber dari lembaga keuangan (financial corporations) yang terkontraksi sebesar 2,6% yoy. Sementara itu, ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (non financial corporations) tumbuh sebesar 0,1% yoy.

“ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,1% terhadap total ULN swasta,” jelasnya.

Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menilai wajar terkait menurunnya ULN pemerintah dan swasta, di tengah tren kenaikan biaya bunga utang global.

“Kami melihat baik pemerintah maupun swasta relatif berhati-hati menahan diri untuk melakukan aksi kebijakan utang luar negeri (berdenominasi valas),” tutur Myrdal kepada Kontan, Senin (15/7).

Ditengah tren kenaikan biaya bunga utang global, Myrdal melihat pemerintah dan swasta lebih banyak mengandalkan utang dari dalam negeri.

Untuk diketahui, posisi ULN Indonesia pada Mei 2024 tercatat sebesar US$ 407,3 miliar dolar AS, atau tumbuh sebesar 1,8% yoy.

Pertumbuhan ULN Indonesia ini dipengaruhi ULN bank sentral yang tercatat sebesar US$ 18,78 miliar pada Juni 2024. ULN bank sentral naik lebih dari dua kali lipat dari periode sama tahun lalu sebesar US$ 9,26 miliar.

Myrdal menilai, secara umum perkembangan ULN Indonesia masih relatif terkendali karena masih tumbuh lambat dan rasionya masih rendah, yaitu 29,8% terhadap produk domestik bruto (PDB) dan mayoritas didominasi utang jangka panjang sebesar 85,9% hingga Mei 2024.

“Jadi jika terjadi lonjakan utang luar negeri oleh BI, maka kami melihat kondisi tersebut masih wajar karena merupakan konsekuensi kebijakan moneter BI,” ungkapnya.

Kebijakan moneter BI, lanjutnya banyak dilakukan untuk pendalaman pasar keuangan domestik dalam rangka mendorong masuk likuiditas rupiah saat terjadi arus keluar dana asing yang deras di pasar keuangan emerging markets, sejalan dengan tren kenaikan suku bunga The Fed dalam setahun terakhir.

“Sejalan dengan sifat SRBI,SVBI,SUVBI yang berjangka pendek mudah dirollover dan merupakan produk dengan underlying SBN/SUN, maka kami melihat risiko dari kenaikan ULN oleh BI masih relatif minim,” jelas Myrdal.

Baca Juga: Tutup Defisit dengan Pinjaman Luar Negeri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati