Utang luar negeri pemerintah diprediksi meningkat tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih memprediksi utang luar negeri (ULN) pemerintah akan terus meningkat di tahun ini. Alasannya, performa penerimaan negara diprediksi tak akan berkontribusi besar.

"Utang luar negeri kita resikonya begini, pemerintah khususnya alternatif pembiayaan pemerintah cuma dua, pajak sama utang. Kalau dilihat kondisinya saat ini utang pemerintah akan meningkat," kata Lana saat dihubungi KONTAN, Minggu (11/2).

Hingga November 2017 ULN Indonesia sendiri telah mencapai US$ 347,3 miliar atau tumbuh 9,1% (yoy). Sementara rinciannya adalah ULN pemerintah tercatat sebesar US$ 176,6 miliar tumbuh 14,3% (yoy), meningkat dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 8,4% (yoy).


Sementara dari sektor swasta tercatat sebesar USD170,6 miliar atau tumbuh 4,2% (yoy), lebih tinggi dari 1,3% (yoy) pada bulan sebelumnya. Dari sektor swasta, Lana menilai justru ULN akan terjadi perlambatan.

"Swasta akan melambat. Karena swasta tahun lalu kan sudah naik, buat apa mereka utang lagi kalau kondisinya begini. Jadi dugaan saya adalah utang swasta akan ada perlambatan," sambung Lana.

Sementara itu, dari rasio atas PDB (debt to GDP ratio) ULN pada periode yang sama telah mencapai 34,54%. Sementara rasio atas ekspor (debt to export ratio) mencapai 170,01%.

Meski kedua rasio tersebut berada di atas batas aman, Lana menyebutkan kondisi ULN masih aman, lantaran dibandingkan negara setara Indonesia (peers country), ULN Indonesia masih berada di bawahnya.

"Kalau dibandingkan negara peers, kita di bawah Turki, tapi dengan India kita masih di atas. Dari aspek itu kita masih bisa sebut relatif aman. Walaupun dari batas aman kita memang berada di atas. kalau utang total sekarang sekitar 35%, sementara utang pemerintah masih sekitar 26%, dan batas aman rasionya kan sekitar 30%," jelas Lana.

Termasuk soal rasio atas ekspor, di mana batas amannya adalah 120%, sementara Indonesia telah mencapai 170%. Soal ini Lana menilai tahun ini ia memprediksi rasio tersebut akan menyusut lantaran mulai membaiknya harga komoditas, khususnya batubara. Meskipun peningkatannya dinilai tak signifikan.

"Tahun ini mungkin akan ada ruang ekspor yang lebih baik. Akan ada perbaikan, ada potensi membaik. Tapi masih tetap di atas batas normal tak bisa langsung di bawah 125%. Karena ekspor kita masih akan mengandalkan komoditas, yang harganya cenderung membaik," papar Lana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto